Masihkah ilmu bisnis kita relevan dengan jaman now?

Sudah cukup cerita having fun selama TradeVeler, sekarang bagian cerita seriusnya. Momen2 di sela2 havingfun seperti di foto inilah yg paling penting selama ber-TradeVeler.

Dari sekian banyak diskusi santai tapi berat beberapa hari itu, yg paling menyita perhatian adalah sharing tentang betapa berdayanya Alibaba yg akan menguasai platform perdagangan dunia! Bagai arus tsunami yg hampir semua kena dampaknya. Jangankan UKM, banyak perusahaan besar dengan brand kuat di Indonesia saja sudah mulai drop penjualannya karena penetrasi Lazada, Shopee, JD, BL, Toped dll yg notabene dikuasai asing makin menancapkan marketnya di Indonesia.

Belum lagi aturan yg akan disahkan tentang aturan baru kawasan berikat, yg tentu saja lebih memudahkan barang2 asing masuk ke Indonesia. Hampir tidak ada pilihan bagi kita sebagai pebisnis: tenggelam di arus tsunami atau menyiapkan selancar dengan menunggangi platform mereka untuk menjadikan bisnis kita makin besar.

Saking tak terbendungnya Alibaba, sampai2 pemerintah kita menjadikan Jack Ma sebagai konsultan. Dulu kami berpikir betapa bodohnya pemerintah kita koq malah menjadikan Jack Ma sebagai konsultan. Sampai2 cerita ini digoreng2 menjadi cerita yg menarik invasi pemerintah China ke Indonesia. Eh ternyata cerita yg sebenarnya tidak begitu 🙁

Selain diskusi tentang hebatnya Alibaba menguasai dunia, 2 tema lainnya yg masih menarik untuk dibahas tentu saja tentang VUCA dan disruption. Mulai dari cycle produk dan model bisnis yg makin pendek, hingga bagaimana model bisnis “anak-anak bau kencur” (baca: anak2 muda smart), yg “baru bisnis semalam” tiba2 melejit mengalahkan para raksasa bisnis yg sudah berdiri puluhan tahun.

Kita sebagai pemain bisnis lama, di era sekarang ini merasa banyak kompetitor (terutama bisnis anak muda) yg mendisrupt bisnis kita. Sebaliknya bagi anak2 muda startup, mereka tidak merasa mendisrupt kita. Kita melihat mereka menggunakan cara2 baru, model bisnis baru yg menggangu eksistensi bisnis “old” kita. Tapi dari sudut pandang mereka tidaklah ada yg baru, ya begitulah cara bisnis dijalankan “as usual” ala mereka.

Jadi berpikir, jangan2 ilmu bisnis yg telah terinstall dalam otak kita sekarang ini sebagian besar sudah tidak relevan dengan era sekarang ini. Sementara mereka, “anak2 bau kencur” itu otaknya yg masih fresh diinstall ilmu2 bisnis baru sesuai jaman kini.

Kita, dengan berbagai keilmuan “jaman old” yg ada dalam otak kita, jangan2 menciptakan cost structure yg besar dalam bisnis kita. Sementara mereka para anak bau kencur itu, mampu menciptakan bisnis dengan cost structure yg jauh lebih efisien daripada kita. Pertarungan gojek vs bluebird-pun sepertinya akan segera dimulai di industri yg lain secara masif.

Ada “cerita anak bau kencur” yg belum genap berusia 25th, yg tiba2 muncul mengobrak-abrik model bisnis distro. Satu juta kaos yg berhasil dijual tiap bulan membuat bengong para pemain kawakan distro lokal. Cerita nyata ini disampaikan Pak Try, CEO Raxzel yg membuat kami semua langsung melongo saat itu.

Jadi teringat nasehat teman yg jago beladiri. Dia bertanya “mana yg lebih berbahaya saat kamu bertarung dg lawan yg membawa senjata, atau tanpa senjata?”. Jika kamu menjawab lebih berbahaya yg membawa senjata, maka kamu salah. Saat bertarung dg lawan yg membawa senjata, kamu cukup fokus pada senjatanya. Namun petarung yg tidak membawa senjata, dia bisa menjadikan dagunya, kepalanya, sikutnya, lututnya dan lain sebagainya sebagai senjatanya. Kita susah menebak mana senjata dia yg mematikan.

Hmm… Kami jadi berpikir ulang, bagaimana memilah-milah lagi semua ilmu bisnis yg sudah terinstall dalam otak kami ini, mana yg masih relevan dan mana yg bisa uninstall …

#TradeVeler #TDAValues #TDABanget

1 Comment Masihkah ilmu bisnis kita relevan dengan jaman now?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *