Keunggulan Budaya

Saat baru menginjakkan kaki di bandara Haneda, Tokyo beberapa bulan lalu, rasanya ada sesuatu yang tidak biasa saya jumpai di bandara Soekarno Hatta. Langkah kaki orang berjalan sangat cepat sekali, tampak seperti terburu-buru. Tapi bukan hanya 1-2 orang yang melakukan hal seperti ini, melainkan hampir semua orang gaya berjalannya seperti itu. Saya yang sambil menyeret tas koper beberapa kali dilewati orang-orang Jepang dengan langkah cepat seperti itu. Akhirnya biar tidak malu, speed langkah kaki saya naikkan 2x lipat, eh itupun juga masih ada yang nyelip dari sebelah kanan…

Jam 12 malam dari bandara Haneda menuju hotel saya naik kereta metro Tokyo. Herannya jam 12 tersebut masih banyak orang pulang kerja berpakaian jas hitam. Suasana jam 12 malam tersebut benar-benar seperti waktu jam 7 Jakarta. Meski sudah tengah malam, orang-orang yang baru pulang kerja tersebut tampak kondisi tubuhnya tetap fit, dan hanya beberapa saja yang terlihat loyo.

Belum selesai keheranan saya sampai disitu, dari stasiun kereta terakhir menuju hotel masih harus naik taksi selama 15 menit. Di tengah malam tersebut, sopir taksi tetap dengan santun dan disiplin tidak pernah melanggar lampu lalu lintas, meski kondisi jalan raya di depannya kosong melompong tidak ada kendaraan melewati. namun si sopir tetap patuh terhadap aturan lampu merah-hijau-kuning. Kalau di Indonesia, jangankan malam hari yang sepi, siang hari saja banyak yg ngeloyor saja pura-pura tidak tahu kalau itu sudah lampu merah.

Nilai-nilai Bushido tampaknya masih melekat kuat di masyarakat Jepang dan bisa dipertahankan meski sudah ratusan tahun lamanya hingga sekarang. Makanya saat Tsunami Jepang 2010 dunia kagum karena Jepang tetap tenang. Ketika terjadi gempa bumi-pun, lalu lintas padat, dan semua orang tidak berebut dan tetap teratur.

Seorang kstaria harus paham betul tentang apa yang salah dan yg benar, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari salah. Dengan cara itulah Bushido biasa hidup!

Lain Jepang lain pula Korea. Kejadian di Korea tahun lalu, saat saya menuju kota Gwanju dari Seoul selama 4 jam, bus yg kami tumpangi istirahat 15 menit di sebuah rest area. Sopir bus bilang bahwa kita akan berhenti hanya selama 15 menit saja dan segera melanjutkan perjalanan. Saat istirahat di menit ke-12, saya tertarik dg sebuah makanan gurita bakar yg dipadu dg kentang. Sayapun segera membelinya dan kembali ke bus tepat pada menit ke-15. Eh, ternyata semua orang yg kebanyakan Korea itu sudah ada di dalam bus, sambil geleng-geleng kepala kepada saya menandakan bahwa mereka sedikit kecewa karena saya terlambat naik bus (meski tepat pada menit ke-15). Tepat Waktu sekali!! bandingkan kalau hal ini terjadi di Indonesia!.

Melihat hal-hal kecil remeh temeh di kedua negera tersebut yang dilakukan dengan penuh disiplin, saya akhirnya menyadari bahwa keunggulan kedua negara tersebut dalam hal teknologi, ekonomi dan kemajuan yang luar biasa di tingkat dunia tentu tak lepas dari keunggulan budaya mereka. Budaya ini yg membentuk karakter manusia-manusia Korea dan Jepang yang sangat unggul yang membedakannya dengan budaya negara lain.

Indonesia sejatinya memiliki budaya yang juga sangat unggul namun sayangnya setelah dijajah, budaya kita menjadi budaya lamban, malu-malu dan ragu-ragu.

Perang Mataram membuktikan nilai-nilai itu. Saat kalah perang dalam penyerbuan ke Batavia pada 1627, Tumenggung Mandurarejo sebagai panglima tertinggi pulang dan menghadap Sultan Agung sambil melapor “Kanjeng Sultan, maaf kami kalah. Saya mohon ampun, mohon keringanan hukuman jangan keluarga saya yang ditumpas”. Diapun pulang, berendam, sholat Dhuhur dan kemudian memakai baju ihram menuju alun-alun kota dan dipenggal lehernya. Dalam budaya Mataram saat itu memang berlaku prinsip jangan pulang jika kalah bertempur. Mirip budaya Harakiri di Jepang, namun disini adalah penggal kepala.

4 Comments Keunggulan Budaya

  1. amar alpabet

    Wah … keliling dunia terus ya … COOL.
    Beberapa waktu lalu pernah juga ngobrol dengan sesama penumpang pesawat ( pernah bekerja di jepang beberapa tahun ) perjalanan malang ke jkt ( belum atas negara hehehe … ) ,
    Juga tentang budaya khusus nya jepang. cerita menarik nya adalah atasan dia yg orang jepang sering bilang ( kamu kan punya agama dan Tuhan, nah kalo kami per aturan adalah Tuhan kami ), ya mungkin cara pandang seperti itu juga yang membuat kerja keras dan disiplin begitu penting bagi mereka.
    Kalo kita melihat budaya yang di ajarkan islam tentang budaya ( menghargai waktu, tepat waktu, tepat janji, kebersihan, mendahulukan yang paling penting, setelah selesai pekerjaan segerakan mengerjakan yg selanjutnya, pekerjaan sesuai ahlinya dan masih banyak yang lain nya) , sangat mendorong untuk kemajuan dan produktifitas. kalo masyarakat kita yang mayoritas ber agama islam ini meng amalkan nya tentu bangsa ini juga akan segera menjadi bangsa yang UNGGUl.

    Reply
    1. @donnykris

      Sangat setuju pendapatnya mas Amar, dalam Islam ada banyak nilai2 yg sangat positif bagi kehidupan. thx sharingnya mas

      Reply

Leave a Reply to Ardiansyah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *