Menerapkan Manajemen Vertikal Dalam Perusahaan

Mungkin, kita sebagai pemilik perusahaan kadang terlalu sibuk dengan strategi manajemen yang kebanyakan semuanya berlaku secara horisontal alias manajemen dengan sesama manusia (Hablum Minannas)

Setiap hari sabtu selama ramadhan ini, di kantor ada agenda wajib yakni tausiyah untuk para karyawan. Tausiyah ini memang menu wajib di kantor  yang kebetulan semuanya muslim. Di bulan selain ramadhan, tausiyah ini diselenggarakan setiap minggu ke-4 saja.

Ada yang spesial dalam tausiyah hari sabtu kemarin di salah satu kantor saya, karena kemarin saya mengundang ustadz dari PPPA (Program Pembibit Penghafal AlQuran) Darul Quran dari Jakarta asuhan Ust Yusuf Mansyur.

Singkat cerita, setelah memberikan tausiyah kepada seluruh karyawan, saya berbincang-bincang ringan dengan Ustad Abdul Azis dan Ustad Muhammad Yusuf tersebut. Tak disangka, meskipun mereka bukan praktisi di bidang bisnis namun pengetahuan bisnisnya sungguh mumpuni. Saya pun sangat tertarik. Sampai-sampai, malam setelah tarawih kedua ustadz tadi saya undang ke rumah untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang permasalahan bisnis, sekaligus untuk memberikan tausiyah kepada rekan-rekan komunitas bisnis yang malam itu saya kumpulkan di rumah.

Banyak cerita-cerita nyata para pengusaha yang konsultasi dengan wisatahati.
Ada cerita, seorang pengusaha yang mempunyai hutang 4.5M dan sudah putus asa, alhamdulilah setelah konseling dg wisata hati, hutangnya berangsur-angsur habis dalam masa yang singkat.
Ada juga cerita tentang pengusaha yang mensedeqahkan uangnya 1 juta, namun langsung dibalas Allah ribuan kali lipat sehingga hanya dalam waktu 6 bulan, omsetnya naik puluhan ribu kali dan sekarang dia menjadi pengusaha katering no2 terbesar di Jatim.
Dan masih banyak cerita-cerita menarik lainnya. Subhannallah…

Namun ada 1 cerita yang sangat menginspirasi bagi saya.
Ada seorang Ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai notaris.
Setiap ada suatu project yang akan datang (belum dibayar DP-nya), si Ibu sudah mensodaqohkan 10% dimuka dari total nilai project tersebut. Dan hebatnya lagi, jika ada project yang mengharuskan ia menunda sholat 5 waktunya, Si Ibu ini sudah berkomitmen untuk membatalkannya. Baginya, bisnis dengan Allah lebih utama daripada bisnis dengan sesama manusia. Dan ternyata, meskipun ibu tersebut mempunyai komitmen yang begitu kuat, ternyata projectnya tidak pernah kosong, dan malah semakin meningkat dari bulan ke bulan. Subhannallah….

Mungkin, kita sebagai pemilik perusahaan kadang terlalu sibuk dengan strategi manajemen yang kebanyakan semuanya berlaku secara horisontal alias manajemen dengan sesama manusia (HablumMinannas). Bagaimana kita mengatur strategi harga produk dibanding kompetitor, bagaimana mengatur para karyawan agar sistem bisa berjalan maksimal, bagaimana meningkatkan profit dengan cara promo besar-besaran.. dan sebagainya.

Yang sering kita lupakan adalah manajemen vertikal atau hubungan perusahaan dengan Allah, Tuhan Semesta Alam ini. Apakah kita sudah membayar zakat, infaq, shodaqoh? Apakah perusahaan kita sudah banyak berguna bagi masyarakat? Apakah anda sudah yakin, tidak ada bagian proses sekecil apapun dalam perusahaan kita yang bersifat subhat atau bahkan haram hukumnya?

Darimana uang yang kita gunakan untuk membangun usaha ini supaya berhasil?
Apakah sudah benar proses menghasilkan produk yang anda lalui?
Adakah bagian yang haram karena salah satu proses adalah hasil curian? atau hasil dari penipuan?
Adakah pihak lain yang benar yang dirugikan dengan adanya usaha anda ini?
Apakah produk anda termasuk kategori subhat atau bahkan haram?

Hal-hal sekecil apapun yang terjadi dalam perusahaan kita sepertinya harus banyak dicermati lagi.
Saya jadi ingat nasihat seorang ustadz yang memberi tausiah kepada saya sewaktu saya masih berdagang komputer. Menurutnya, dalam menjual barang, jangan sampai kita melakukan manipulasi kepada pembeli. Manipulasi yang halus adalah seperti ini: Jika saya membeli barang seharga 100 ribu rupiah, kemudian saya tawarkan 135 ribu rupiah, lalu pelanggan menawar seharga 120 ribu rupiah. Saya kemudian mengatakan kepada pelanggan, bahwa kalau saya jual seharga 120 ribu rupiah itu berarti saya tidak mendapat untung. Pernahkah anda dalam berdagang melakukan ini? ternyata ini adalah haram hukumnya, karena ada proses berbohong dalam melakukan transaksi. Dan uang hasil keuntungan ini begitu masuk ke dalam tubuh kita, maka keharaman juga mengalir dalam darah kita. MasyaAllah…

Ada pertanyaan menarik yang dijelaskan oleh Ustadz dari wisata hati tersebut, “bagaimana jika perusahaan kita tidak melakukan manajemen vertikal (istilah saya-red) ?. “Tinggal menunggu adzab dari Allah” begitu katanya singkat. Karena dari banyak konseling pengusaha yang mempunyai masalah besar, kebanyakan proses berdagangnya ada yang masuk kategori subhat atau bahkan haram. Dan kebanyakan, hal-hal sepele yang tidak begitu banyak diketahui seperti cerita ustadz teman saya itulah yang telah dilakukan.

Ada suatu analogi. Jika di meja ada hidangan 1 ekor ayam bakar, lalu kemudian ada cicak yang membuang kotorannya tepat diatas ayam bakar tersebut. Apa yang kita lakukan? Kebanyakan dari kita membuang kotoran yang kelihatan lalu mengaduknya dengan bumbu yang ada karena kita berpikir apalah arti kotoran sekecil itu. Namun apa yang terjadi? meskipun kecil, namun kotoran itu juga masuk ke dalam tubuh kita. Dan tentu saja kita bisa sakit karenanya. Artinya apa? hal-hal yang halal, jika terkena hal-hal yang haram sekecil apapun maka keduanya akan bercampur dan menjadi haram semuanya.

Yuk, mulai sekarang kita sama-sama membersihkan perusahaan kita…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *