Behind the Scene: Membuat Novel The Last CEO dalam 6 Jam dengan AI

posted in
on
by

Minggu lalu, kita dibuat terkejut dengan kehadiran AI Grok versi baru milik Elon Musk, yang digadang-gadang menjadi AI terbaik saat ini. Saya memang selalu meyakini bahwa setiap AI yang baru diluncurkan selalu menjadi yang terbaik—setidaknya untuk sementara waktu. Beberapa bulan lalu, kita dikejutkan dengan kemunculan Deep-Seek AI dari China, yang viral di mana-mana 2. Tak lama setelah itu, muncul RAM (sekarang dikenal sebagai Qwen), AI dari Alibaba, yang mengklaim dirinya lebih baik lagi. Semua ini menunjukkan bahwa teknologi AI terus berkembang dan menyempurnakan versi sebelumnya.

Untuk menguji apakah AI baru benar-benar lebih baik, saya biasanya menggunakan berbagai metode. Salah satu cara paling menyenangkan adalah dengan membuat artikel panjang, seperti novel. Dengan novel, kita bisa melihat apakah AI memiliki memori besar untuk mengingat setting cerita sebelumnya dan apakah imajinasi yang kita masukkan relevan dengan hasil akhirnya. Nah, inilah yang saya lakukan minggu lalu: membuat novel berjudul The Last CEO hanya dalam 6 jam menggunakan AI Grok.


Novel Ketiga Saya: The Last CEO

Novel The Last CEO bukanlah novel pertama saya yang dibuat menggunakan AI. Ada dua novel sebelumnya yang saya tulis dengan bantuan AI. Yang pertama adalah kisah thriller tentang seseorang yang hidup dengan pasangan NPD (Narcissistic Personality Disorder), ditulis menggunakan ChatGPT versi 3 pada April 2024. Novel ini masih 70% selesai. Kemudian, pada September 2024, saya menulis novel kedua dalam waktu tiga minggu menggunakan Gemini AI. Novel ini berkisah tentang seorang mahasiswa yang belajar bisnis, menemukan mentornya, dan meraih sukses dalam bisnis kecilnya berkat bimbingan sang mentor. Kedua novel ini belum saya publikasikan.

Namun, novel ketiga saya, The Last CEO , memiliki cerita yang lebih mendalam dan relevan dengan era disruptif saat ini. Saya ingin menulis sebuah novel fiksi yang disetting di Jakarta dan Singapura pada tahun 2030. Ceritanya tentang seorang pengusaha fashion ternama yang dulunya jaya di tahun 2025, tetapi pada 2030 bisnisnya runtuh karena tidak bisa beradaptasi dengan startup kecil yang menggunakan AI. Ini adalah pesan kuat tentang pentingnya adaptasi di dunia bisnis modern.


Proses Pembuatan dalam 6 Jam

Berikut adalah proses pembuatan novel The Last CEO dalam 6 jam, dibagi menjadi empat tahap utama:

1. Brainstorming untuk Mencari Ide Awal (1 Jam)

Sesi brainstorming adalah langkah awal dalam proses kreatif penulisan. Saya menggunakan Grok AI untuk membantu mencari ide awal cerita. Sambil ngopi di cafe, saya mulai berimajinasi tentang sebuah cerita yang relevan dengan kondisi saat ini: seorang pengusaha yang terdisrupsi oleh AI. Brainstorming ini membantu saya menentukan tema besar, yaitu perusahaan fashion ternama yang jaya di tahun 2025 namun runtuh di tahun 2030 karena tidak bisa beradaptasi dengan startup kecil yang menggunakan AI. Dalam satu jam, ide ini mulai terbentuk dengan jelas.

2. Membuat Alur Cerita Utama dan Membuat Karakter (2 Jam)

Setelah ide awal didapatkan, saya melanjutkan brainstorming di perjalanan menuju Jogja bersama keluarga. Selama enam jam perjalanan dari Malang ke Jogja, saya memanfaatkan waktu sekitar 2 jam untuk mendiskusikan alur cerita utama dan karakter-karakternya dengan Grok AI. Saya menentukan bahwa cerita ini akan berlatar di Jakarta dan Singapura pada tahun 2030. Tokoh utama adalah seorang pengusaha fashion yang dulunya sukses besar, tetapi kemudian harus menghadapi kegagalan karena startup kecil yang awalnya diremehkan berhasil mengalahkannya dengan teknologi AI. Dalam dua jam, alur cerita utama dan karakter-karakternya sudah terbentuk sempurna.

3. Menulis Novel Sesuai Konsep (2 Jam)

Malam harinya, saat sudah berada di villa di Jogja, sementara keluarga sedang santai dan istirahat, saya melanjutkan untuk menulis novel ini. Dalam dua jam, saya berhasil menyelesaikan draft awal novel The Last CEO . Total ada 12 bab singkat, yang jika ditulis dalam versi cetak sekitar 60 halaman. Proses ini melibatkan kolaborasi erat dengan Grok AI, yang membantu menyusun struktur cerita dan memperbaiki diksi serta tata bahasa.

4. Menganalisa Novel yang Sudah Selesai dan Membuat Versi Extended (1 Jam)

Setelah novel selesai, saya meminta Grok AI untuk menganalisis naik turunnya emosi dalam setiap bab. AI memberikan saran-saran di mana saja emosi perlu diperkuat atau dikurangi. Saya juga memperpanjang cerita hingga menjadi 36 halaman atau sekitar tiga kali lipat dari cerita awal. Proses ini hanya memakan waktu satu jam. Hasilnya adalah sebuah novel dengan bahasa yang indah, alur cerita yang padat, dan pesan moral yang kuat.


Pesan Penting dalam The Last CEO

Novel ini memiliki dua pesan utama yang ingin disampaikan kepada pembaca:

  1. Disrupsi Teknologi dalam Bisnis
    Isi cerita novel ini adalah tentang perusahaan fashion ternama dan terbesar di Indonesia pada tahun 2025, yang telah menggunakan teknologi canggih seperti augmented reality dan marketplace. Namun, karena tidak bisa beradaptasi terutama dengan startup-startup yang menggunakan AI, pada tahun 2030 perusahaannya collapse dan harus dibeli oleh startup kecil yang awalnya diremehkan tersebut. Ini membawa pesan bahwa sebagai pengusaha, sebesar apapun kita, jangan remehkan kekuatan AI yang menciptakan momentum-momentum baru dalam dunia bisnis. Seperti kata pepatah bijak: “Adaptasi adalah kunci bertahan di tengah perubahan.”
  2. Efisiensi Menulis dengan AI
    Pesan kedua adalah bahwa novel ini ditulis menggunakan AI hanya dalam waktu 6 jam. Bayangkan saja, penulis-penulis novel konvensional sering membutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Selain itu, proses editing yang biasanya memakan waktu lama juga bisa dihilangkan dengan bantuan AI. Industri kepenulisan novel pun bisa didisrupsi oleh AI, seperti halnya industri lainnya. Seperti kata @SamCempluk yang bijak: “Teknologi bukan musuh, tapi mitra untuk melangkah lebih jauh.”

Dengan dua pesan ini, diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya beradaptasi dan menggunakan AI secepat mungkin. Jangan sampai terlambat, karena perusahaan yang mampu beradaptasi akan melenting jauh meninggalkan kompetitor yang belum menggunakan AI.

Ebook SamDK

About The Author

SamDK

Bagi saya menulis merupakan bagian dari proses pembelajaran. Orang belajar biasanya akan membuat catatan-catatan bagi dirinya sendiri. Blog ini, sesungguhnya merupakan “catatan pribadi” yang kadang bersumber dari pengalaman pribadi atau sekedar meresume sebuah buku yang sedang dibaca agar tak lupa. Seperti quote favorit saya dari Ali bin Abi Thalib yang mengatakan “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *