Hampir 4 tahun yang lalu, sewaktu saya pertama kali mengikuti preview workshop EU yang diadakan Pak Purdie, ada hal menarik yang ‘menentang‘ pemikiran saya. Waktu itu ada pernyataan dari Pak Purdie yang mengatakan bahwa menjadi pengusaha itu harus malas, kalau bisa semalas mungkin. Loh..? Padahal selama ini, konsep yang saya terima di otak ini adalah untuk menjadi sukses kita harus rajin, bukannya harus malas.
Setelah tahu maksudnya Pak Purdie, barulah saya paham. Dan sampai sekarang saya setuju pendapat beliau tersebut bahwa untuk menjadi sukses kita memang harus malas.
Maksudnya begini,
Dalam menjalankan bisnis, tentunya banyak hal yang harus kita lakukan. Misalkan, bagaimana membuat laporan keuangan yang baik agar kita dapat mengetahui rapor perusahaan kita. Atau bagaimana cara mengisi pajak perusahaan yang benar, dan sebagainya.
Menurut Pak Purdie, kita harus malas mengerjakan hal-hal yang seperti itu. Kalau kita sudah malas, maka yang terjadi adalah kita melimpahkan tugas tersebut kepada ahlinya, sedangkan kita sendiri bisa lebih fokus pada INOVASI bisnis kita. Betul tidak?
Awalnya saya tidak begitu paham maksud Pak Purdie tersebut. Pertanyaan saya yang pertama kali langsung muncul dalam pikiran adalah “bagaimana bisa membayar/menggaji ahlinya jika bisnis kita belum mampu?”. Saat itu Pak Purdie hanya menjawab “kamu usahakan bagaimana caranya bisa menggaji mereka dari usaha yang telah mereka lalukan..”. Saat itu saya masih belum juga paham bagaimana cara melakukannya.
Sampai akhirnya saya menyadari, saat menemukan berbagai persoalan yang bukan bidang saya pada bisnis saya sendiri. Dalam menjalankan bisnis, tentunya kita sering dihadapkan pada berbagai macam tantangan (baca:persoalan). Contohnya ya itu tadi, yang paling simple adalah keuangan dan perpajakan.
Dulu saya berniat ‘rajin’ dengan belajar keuangan mulai bagaimana membuat laporan keuangan yang benar, bagaimana cara membaca neraca, dan sebagainya. Lalu setiap tahun juga harus belajar aturan perpajakan yang baru dengan jumlah halaman yang selalu tebal.
Lama sekali saya mempelajarinya. Dan itupun tidak begitu paham. Apalagi menyangkut soal perpajakan dimana aturan tiap tahun selalu berubah. Begitu sedikit paham tentang perpajakan, tahun depan pasti harus belajar lagi karena semuanya berubah.
Akhirnya saya menyadari, itu bukan hal utama yang harus saya lakukan untuk menjalankan bisnis saya. Karena begitu saya belajar secara mendalam kedua hal tadi, saya banyak kehilangan waktu untuk mengurusi bisnis saya sendiri. Dan lagi, bila memang belajar dengan sungguh-sungguh, belum tentu saya berhasil dengan baik, karena itu memang bukan bidang saya (atau lebih tepatnya itu bukan hal yang saya sukai…).
Biarlah hal-hal yang tidak saya sukai tersebut dikerjakan oleh ahlinya, yang memang expert di bidangnya. Sedangkan saya bisa lebih fokus bagaimana dengan pertumbuhan bisnis yang dicapai, hal itu bisa menggaji SDM-SDM saya yang expert tersebut. Atau lebih tepatnya, menurut Bradley Sugar adalah bagaimana seharusnya karyawan-karyawan anda dapat menggaji dirinya sendiri dan juga menyisahkan sebagian untuk anda sebagai profit.
Jadi saya hanya cukup mengetahui dasar-dasarnya saja. Bagaimana cara membaca laporan keuangan yang mencerminkan total kekayaan perusahaan saat ini, atau apa perubahan penting dalam aturan pajak tahun ini. Selebihnya, itu dikerjakan oleh karyawan yang memang expert di bidangnya.
Saat hal-hal yang tidak saya sukai tersebut telah dikerjakan oleh ahlinya, saya bisa duduk santai di depan meja komputer saya sambil membaca buku untuk perkembangan bisnis saya atau menulis blog seperti sekarang ini. Bisa juga pergi meninggalkan kantor dan mengunjungi para sahabat-sahabat pengusaha saya untuk saling bertukar ide atau bahkan membuat kerjasama-kerjasama baru. Dan yang lebih mengasyikkan, saya bisa sering-sering jalan-jalan keluar kota sambil wisata juga sambil mencari inspirasi baru untuk pertumbuhan bisnis…
Hmm, 2009 mau malas ngapain lagi ya ..?