Bagaimana Rasanya Pensiun di Usia 34 Tahun?

Ini adalah kisah nyata seorang tetangga di kompleks saya yang memutuskan pensiun di usia 34 tahun, dan benar-benar tidak melakukan bisnis lagi setelah itu. Bagaimana beliau melakukannya ?

Cerita dimulai saat beliau kelas 3 SD di sebuah kota di Kalimantan. Karena berasal dari keluarga yang tergolong kurang mampu, maka beliau harus bekerja saat usia masih 10 tahun. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai penjual ayam. Setiap hari beliau nongkrong di pasar dan membantu para pedagang ayam untuk menjualkan ayamnya. Pedagang ayam yang datang ke pasar tersebut, dijualkan ayamnya oleh beliau, sementara si pedagang ayam tinggal duduk-duduk manis saja menunggu barang dagangannya laku. Dari aktifitas yang tanpa modal ini, beliau diberikan fee oleh pedagang ayam tersebut.

Menurut cerita beliau, usia 10 th tersebut beliau sudah bisa beli sepeda pancal dengan uang hasil kerjanya sendiri. Selain itu, uang yang diterimanya bisa digunakan untuk biaya sekolah dan membantu biaya keluarga.

Dengan terbiasa berpola pikir seperti itu sejak kecil, segala macam usaha pernah dilakukannya. Yang penting harus menghasilkan uang.

Menikah di usia yang sangat muda, 18 tahun, bersama sang istri masih mengalami masa-masa sulit. Hingga akhirnya menemukan bisnis di bidang kayu yang melejitkan kekayaannya. Modalnya? dari makelar penjualan tanah yang untungnya bisa ratusan juta. Plus modal dari para investor yang mempercayakan uangnya kepada beliau.

Dengan kekayaannya yang berlimpah, beliau menabungnya dengan membeli aset tanah. Dan akhirnya memutuskan pensiun dini di usia 34 tahun. Penghasilannya sekarang hanya berasal dari pasif income, sewa property dan kenaikan harga tanah-tanah simpanannya yang jumlahnya cukup banyak.

Kini beliau sudah berusia 50an tahun, dan tetap happy menjalankan masa pensiun dininya tersebut dengan selalu datang ke Masjid di kompleks rumahnya untuk sholat 5 waktu. Kadang-kadang naik motor biasa, terkadang pula sambil mengendarai Alphard atau Porschenya yang seharga 3 Milyar lebih!

Kalau ditanya bagaimana rasanya pesiun di usia 34 tahun? Beliau bertanya balik “Bagaimana rasanya kerja di usia 10 tahun, saat anak-anak yg lain masih bermain kelereng?”.

Cerita kesuksesan tetangga saya diatas, tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah sukses enterpreneur hebat lainnya yang saya temui. Mereka memiliki sejumlah persamaan. Mereka gesit, menganut pola pikir baru, senantiasa berinovasi dan sering mengobar-abrik kelaziman sehingga tidak gentar akan ketidakpastian!

Bagaimana dengan anda ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *