Jangan Buang Uang! Workshop Bisnis Ini Bisa Digantikan AI Koq

posted in
on
by

Di era digital yang serba ngebut ini, dengan Artificial Intelligence (AI) yang makin pintar dan gampang diakses, muncul pertanyaan yang bikin mikir: “Masih perlu ikut workshop bisnis yang makan waktu dan biaya? Bukannya sudah ada AI?” Sekilas, pertanyaan ini masuk akal. AI bisa kasih kita informasi, analisis data, bahkan prediksi bisnis, cuma dalam hitungan detik. Jadi, apakah workshop bisnis sudah ketinggalan zaman dan bakal segera jadi barang antik?

Jangan buru-buru nge-judge, ya. Memang, AI itu hebat dan punya potensi besar. Tapi, kalau urusan bisnis, apalagi yang berhubungan sama pengembangan diri dan skill praktis, workshop masih punya nilai lebih. Mari kita kupas tuntas.

AI: Jagoan Analisa Data, Tapi Ada Tapinya…

Tak bisa dipungkiri, AI punya kelebihan dalam beberapa hal:

  • Analisis Data: AI itu jagoan-nya mengolah data segunung, menemukan pola-pola tersembunyi, dan kasih prediksi yang lumayan akurat. Ini sangat berguna untuk riset pasar, analisa tren, dan bikin strategi pemasaran yang tokcer.
  • Otomatisasi Tugas Rutin: AI bisa beresin tugas-tugas yang itu-itu saja, seperti cari leadsbalesin chat pelanggan, dan bikin jadwal.
  • Personalisasi Konten: AI bisa bantu bikin konten promosi yang lebih personal dan tepat sasaran.

Workshop yang Mulai Bisa Say Goodbye dan Peluk AI:

Nah, karena AI punya kelebihan-kelebihan tadi, beberapa jenis workshop ini mungkin sudah waktunya kita rethink dan ganti dengan solusi AI yang lebih efisien:

Workshop-workshop yang terlalu teknis, prosedural, dan isinya cuma ngisi form, template, atau borang, sekarang bisa kita serahkan ke AI. Contohnya, workshop yang cuma ngajarin cara ngisi Business Model Canvas (BMC) secara manual, padahal kita bisa diskusi dan “kerja bareng” AI untuk bikin draft BMC yang lebih cepat jadi dan isinya lebih dalem. Contoh lain lagi, workshop bikin customer persona yang cuma fokus ngisi profil demografi dan psikografi, workshop jadwalin konten media sosial satu-satu, atau workshop riset pasar yang masih pakai cara lama, survei door-to-door, dan olah data pakai kalkulator. Semua ini, yang dulu harus ikut pelatihan khusus, sekarang bisa diberesin sama tools AI. Jadi, daripada buang-buang uang untuk workshop yang isinya cuma step-by-step ngisi template, mending pakai AI untuk urusan teknis, dan pakai waktu serta uang kita untuk hal-hal yang lebih penting dan butuh mikir pakai otak manusia.

Workshop Bisnis: Sentuhan Manusia yang AI Belum Bisa Ditiru

Tapi, ada sisi-sisi dari workshop bisnis yang AI belum bisa (atau belum jago) ditiru:

  • Interaksi dan Networking: Ini yang paling penting. Workshop itu bukan cuma soal belajar ilmu, tapi juga soal ketemu orang baru, ngobrol sama sesama peserta dan mentor. Di situ, kita bisa cerita pengalaman, jualan ide, dan dapat masukan langsung dari ahlinya. Sentuhan manusia kayak gini AI belum bisa gantiin. Secanggih-canggihnya AI, dia tetap cuma mesin. Workshop yang isinya banyak networking, kayak mastermind group atau diskusi kelompok, masih akan laku.
  • Belajar Soft Skill: Bisnis itu bukan cuma soal hitung-hitungan dan strategi, tapi juga soal leadership, cara ngomong, nego, dan mecahin masalah. Skill-skill kayak gini lebih gampang dipelajari kalau ada interaksi langsung, latihan bareng, dan role-playing. AI belum bisa ngasih kehangatan dan serunya interaksi manusia waktu belajar soft skill.
  • Mentoring dan Coaching yang Personal: Workshop yang bagus biasanya ada sesi mentoring atau coachingkhusus. Di sini, kita bisa dapat bimbingan langsung dari orang yang expert, curhat soal masalah bisnis kita, dan dapat wejangan yang nggak bakal kita temukan di Google atau YouTube. AI memang bisa kasih informasi, tapi belum bisa ngasih nasehat dan rasa empati seperti mentor manusia.
  • Kreativitas dan Ide-Ide Gila: AI itu kerjanya berdasarkan data dan aturan. Dia jago kalau disuruh ngolah pola yang sudah ada, tapi sering mentok kalau disuruh mikir yang out of the box dan bikin ide yang benar-benar baru. Workshop yang tujuannya ngeluarin ide-ide kreatif dan inovasi, kayak workshop design thinking atau brainstorming, masih butuh orang beneran untuk mancing ide-ide liar dan ngarahin diskusi.
  • Adaptasi Cepat: Dunia bisnis itu cepet banget berubahnya. Workshop yang bagus itu bisa cepat nyambung sama perubahan dan kasih wejangan yang sesuai sama kondisi sekarang. AI, walaupun update-nya cepat, tetap butuh waktu untuk belajar kalau ada perubahan yang bener-bener baru dan beda.

Kesimpulan:

AI dan workshop bisnis itu bukan musuh, tapi bisa jadi teman. AI bisa jadi alat bantu yang keren untuk beresin beberapa urusan bisnis, sementara workshop tetap penting untuk belajar skill dan hal-hal lain yang butuh sentuhan manusia.

Jadi, masih perlu ikut workshop bisnis? Jawabannya: tergantung. Kalau kamu cuma butuh data, analisa, atau mau beresin tugas-tugas yang itu-itu saja, AI mungkin sudah cukup, atau malah lebih cepet. Tapi, kalau kamu pengen ketemu orang baru, belajar soft skill, dapat bimbingan langsung dari ahlinya, dan mau ngasah otak biar makin kreatif, workshop masih jadi pilihan yang oke.

Jangan jadikan AI alasan untuk berhenti belajar, ya! Jadikan AI teman untuk upgrade diri. Intinya, gabungan antara kepintaran AI dan kepintaran manusia itu yang bakal bikin kamu sukses di zaman yang gila-gilaan ini. Pilihan ada di tanganmu, mau terus maju atau diam di tempat dan dilindes zaman? Jangan sampai salah pilih, ya!

Ebook SamDK

About The Author

SamDK

Bagi saya menulis merupakan bagian dari proses pembelajaran. Orang belajar biasanya akan membuat catatan-catatan bagi dirinya sendiri. Blog ini, sesungguhnya merupakan “catatan pribadi” yang kadang bersumber dari pengalaman pribadi atau sekedar meresume sebuah buku yang sedang dibaca agar tak lupa. Seperti quote favorit saya dari Ali bin Abi Thalib yang mengatakan “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *