Entah kenapa dalam 2 minggu terakhir ini saya banyak menerima keluhan teman-teman bahwa bisnisnya sedang lesu, bahkan ada yang mendekati bangkrut. Frekuensi kedatangan teman-teman yang singgah ke kantor dalam beberapa waktu ini lebih sering dibanding lainnya. Kita diskusi banyak hal. Mulai dari small winning hingga big winning mereka. Tapi, entah kenapa dalam 2 minggu terakhir ini, cerita yang paling banyak adalah tentang bisnis yang sedang lesu.
Sharing masalah bisnis mereka yang sedang turun, biasanya lebih lama dari sharing2 tentang small dan big winning. Mungkin kali ini sharingnya dengan penuh penghayatan juga. Bahkan tak jarang sampai meneteskan air mata.
Dan setelah sharing panjang lebar, biasanya kita menganalisa bersama secara lebih detil dimana penyebab bisnisnya sedang turun. Kadangkala, sebagai ‘pemain‘ di dalam bisnis kita sendiri, kita membutuhkan analisa pihak ketiga yang bisa melihat bisnis kita dari sudut pandang yang lain. Apalagi kalau hal tersebut sudah menjadi rutinitas. Kita perlu pendekatan pihak ketiga yang bisa melihat masalah kita dalam sudut pandang yang lain.
Saya punya pengalaman tentang hal ini sewaktu kedatangan konsultan bisnis dari Belanda 3 bulan kemarin. Beliau menganalisa lini per lini dari proses bisnis saya. Hal-hal yang telah menjadi rutinitas dan membentuk mindset saya bahwa ini ‘sudah benar‘, ternyata masih saja banyak yang bisa dioptimalkan lagi. Biasanya, dengan melihat bisnis kita dalam sudut pandang yang lain, akan muncul banyak ide-ide yang baru, di luar konteks pemikiran kita selama ini.
Dalam 2 minggu kemarin saya sharing dengan teman-teman yang bisnisnya kebetulan sedang jatuh, ada satu benang merah yang bisa saya tarik. Ketika saya menanyakan apa kira-kira penyebab jatuhnya, hampir semuanya mengamini bahwa krisis ekonomi yang terjadi sekarang inilah penyebab utamanya. “Ah masak sih?” pancing saya. Dan biasanya mereka akan sangat meyakinkan saya dengan teori2 ekonominya.. wushhh, ini pasti dampak negatif demotivasi tentang krisis ekonomi yang digembor-gemborkan di televisi hehehe…
Krisis ekonomi memang sedikit menghambat laju bisnis kita, tapi efeknya tidak sebesar yang kita bayangkan (bagi kita-kita di level UKM). Bagi perusahaan besar, apalagi yg sudah go public atau yang pangsa pasarnya export ke beberapa negara yang memang krisis, memang betul sekali dampaknya sangat terasa.
Mungkin berita-berita seperti ini kemudian mulai merasuk ke dalam mindset kita. Karena ekonomi Indonesia sedang krisis, bisnis kita pasti jatuh. Mungkin inilah mindset yang terjadi. Jadi kalau sekarang bisnis kita sedang jatuh, kemudian harus memecat karyawan, tudingan pertama yang kita kambing hitamkan adalah karena terjadi krisis ekonomi!
Ada benarnya juga mungkin ya? Tapi kalau saya koq maaf saja tidak sependapat dengan hal ini. Karena daripada mengkambinghitamkan krisis, koq lebih baik mengkoreksi lebih dalam bisnis kita sendiri. Mungkin kinerja karyawan sedang turun, kualitas produk kita menurun, perencanaan bisnis yang kurang matang, atau bahkan kita sebagai owner terlalu terlena dengan keadaan yang ada.
Nah kalau faktor internal ini sudah benar-benar tidak ada masalah, baru kemudian (boleh) meng-kambinghitam-kan krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Setuju tidak?