Saat Sebuah Merk Mengalahkan Citarasa Yang Sesungguhnya

Para eksekutif di Pepsi Cola Company pernah melakukan percobaan yang dipublikasi secara besar-besaran di media massa. Percobaan yang diberi judul Pepsi Challenge ini yakni para penjual pepsi yang membagikan 2 cangkir tanpa merk kepada para pengunjung mall di Amerika Serikat. Cangkir yang satu berisi Pepsi dan satunya berisi Coke (Coca Cola). Subjek yang meminum isi cangkir kemudian dimintai pendapatnya tentang citarasa kedua cangkir tersebut : mana yang lebih mereka sukai.

Hasil testimoni dari ribuan pengunjung di banyak mall di AS itu menunjukkan bahwa pengunjung yang menyukai Pepsi ternyata jauh lebih banyak daripada yang menyukai Coke. Tentu saja hasil ini membuat senang para petinggi Pepsi. Mereka berpikir, akhirnya saat ini mereka dapat mengalahkan dominasi Coke dalam penjualan minuman bersoda di dunia!

Namun ternyata, faktanya malah berkebalikan dari hasil polling Pepsi Challenge. Pepsi belum bisa mengalahkan dominasi Coke!

Beberapa tahun kemudian, Dr. Montague melakukan penelitian terhadap para subjek dengan melakukan polling : produk apa yang disukai dari 2 cangkir yang memang bertuliskan merk Pepsi dan Coke. Hasilnya, 75% lebih dari subjek lebih menyukai Coke daripada Pepsi. Setelah melakukan pengamatan, Dr Montague mengetahui bahwa ada perubahan lokasi aktivitas di otak para subjek saat menyebut kedua merk tersebut. Hasil pecobaan ini menunjukkan bahwa ada aktifitas tarik menarik antara pemikiran rasional dan emosional. Dan selama beberapa detik, pikiran emosional-lah yang memenangkan pertarungan dibanding pemikiran rasional. Itulah sebabnya Coke menjadi pemenang!

Seluruh hubungan positif yang dimiliki subjek dengan Coca Cola berupa sejarah perusahaan, logo, warna design, aroma, memori masa kecil mereka tentang Coke, iklan-iklan Coke selama bertahun-tahun benar-benar membuat perasaan emosional mereka yang tak bisa dilepas. Merk Coke mengalahkan  kesukaan subjek terhadap Pepsi yang alami dan rasional.

Dalam sebuah episode film dokumenter Secret of Superbrands yang ditayangkan BBC Knowledge, salah seorang pecinta produk-produk Apple dilakukan pemindaian otak melalui scan MRI yang bisa menunjukkan bagaimana cara otak bekerja. Ketika dalam posisi di dalam MRI, subjek ditunjukkan logo Apple. Hasilnya? aktifitas otaknya meningkat menyerupai aktifitas otak penganut agama yang taat terhadap agamanya. Dalam sebuah sesi yang lain, presenter mewawancarai seorang anak yang kira-kira berusia 10 tahun. Saat ditanya “apa beda Nokia dan Iphone?”, si anak langsung menjawab bahwa Nokia adalah produk yang cocok digunakan oleh neneknya, dan Iphone adalah produk yang keren cocok untuk dirinya.

Hal ini menunjukkan bahwa fanatisme orang terhadap agama dan brand ternyata berasal dari bagian otak yang sama. Artinya, jika perusahaan ingin sukses menjual produknya, kuasailah bagian otak konsumen anda dengan merk produk anda.

So, sekecil apapun bisnis anda saat ini jangan sepelekan merk dari produk yang anda hasilkan…

 

1 Comment Saat Sebuah Merk Mengalahkan Citarasa Yang Sesungguhnya

  1. annas ahmad

    wow! benar benar kekuatan brand ya…
    ayo dibangun brand bertahap.
    ini bukan untuk hari ini dan besok saja,
    tapi ini untuk 5-10 tahun mendatang!

    thanks pencerahannya…..

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *