Air Asia yang berdiri di Malaysia tahun 2002, awalnya hanya bermodalkan dua pesawat serta menanggung utang seratus milyar rupiah. Namun hanya dalam waktu satu tahun operasinya, ia menjadi trendsetter maskapai udara hemat biaya di Asia. Ia telah mengangkut jutaan orang di Asia, dan mendapatkan laba bersih ratusan milyar tiap tahunnya.
Bagaimana ia bisa untung besar padahal tiket yang ditawarkannya amat murah? jawabnya tak lain adalah strategi hemat yang diterapkannya.
Berikut strategi hemat ala air asia tersebut :
1. Meniadakan makanan sehingga bisa mengurangi harga tiket. Namun bagi yang membutuhkan bisa membeli dalam pesawat.
2. Sebagian besar penerbangannya butuh waktu 3 jam perjalanan sehingga bisa menggunakan awak kabin yang sama untuk penerbangan balik dari tujuan kedatangan kembali ke tujuan pemberangkatan sambil membawa penumpang baru. Ini menurunkan biaya awak kabin.
3. Tidak ada biaya yang dimasukkan untuk akomodasi awak kabin pada tujuan kedatangan karena mereka kembali ke rumah di hari yang sama.
4. Air Asia merencanakan tujuannya sangat cermat, terbang hanya ke tempat-tempat yang hanya dapat dicapai dalam maksimal 3.5jam.
5. Pelanggan didorong untuk membeli tiket di internet sehingga bisa menghemat sewa tempat konter tiket dan gaji staff tiketing. Tidak ada tiket yang dicetak, hanya kode tiket dan rincian penerbangan yang dapat dicetak sendiri oleh pelanggan.
6. Air Asia selalu mencari landasan udara termurah. Misalnya, karena biaya mendarat di Hongkong mahal, maka dipilihlah Macau yang jauh lebih murah. Kemudian, penumpang selanjutnya beralih menaiki hovercraft selama 30 menit ke Hongkong.
7. Jika rutenya memang penting dan tidak dapat menghindari bandara yang mahal, Air Asia memutuskan untuk tidak memakai semua fasilitas bandara semacam jembatan layang, memarkir pesawat di samping ruangan terjauh dari pusat bandara (makin jauh ruang kedatangan/keberangkatan dengan pusat bandara membuat harga sewa bandara makin rendah)
Itulah beberapa strategi cerdas yang dapat meminimalkan biaya sehingga konsumen dapat membeli harga tiket yang sangat murah.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari strategi “murah” yang diterapkan Air Asia untuk bisnis kita ?