Terlalu Banyak Ide Bisa Membunuh Bisnismu Sebelum Sempat Berkembang

posted in
on
by

“Shiny Object Syndrome”: Musuh Bisnis yang Mengkilap tapi Menyesatkan

Pernah lihat anak kecil mengejar kunang-kunang? Mereka lari ke sana-sini, tertipu cahaya indah yang hilang dalam sekejap. Pebisnis pemula sering terjebak dalam pola serupa: tergoda ide baru yang berkilau, lalu lupa pada bisnis yang sedang dibangun. Hari ini jualan kopi, besok beralih ke skincare, lusa tertarik jadi reseller—repeat.

Ini bukan passion, tapi Shiny Object Syndrome (SOS): ilusi bahwa “peluang baru pasti lebih baik”, padahal hanya membuat bisnis jalan di tempat.


Mengapa SOS Lebih Berbahaya daripada yang Kamu Kira?

  1. Sumber Daya Bocor: Waktu & Modal yang Terbuang Percuma
    Setiap ide baru butuh resources: riset, pelatihan tim, modal promosi. Jika terus berganti haluan, uang dan energi habis—seperti menuang air ke ember bolong.
  2. Tim Jadi Zombie: Bingung Arah & Kehilangan Momentum
    Bayangkan timmu disuruh bangun pagi buat jual nasi kuning, besoknya tiba-tiba harus jual NFT. Confusion level: 1000. Loyalitas dan produktivitas pun rontok.
  3. Bisnis Jadi “Jack of All Trades, Master of None”
    Pelanggan tak percaya pada brand yang tak punya identitas jelas. Mau jadi apa? Toko serba ada yang malah dianggap tidak ahli di bidang apa pun.

5 Jurus Anti SOS: Dari Korban Menjadi Komandan

1. Pasang Filter Kritis: “Peluang atau Jebakan Fatamorgana?”
Tanya ini sebelum tergoda:

  • “Apakah ini sejalan dengan visi bisnis utama?”
  • “Apa bukti konkret bahwa pasar benar-benar membutuhkannya?”
  • “Jika dijalankan, bisnis utamaku akan terbengkalai atau justru terbantu?”

2. Ide Boleh Banyak, Eksekusi Harus Single Target
Buku catatan > Langsung eksekusi. Kumpulkan semua ide “brilian”-mu, lalu freeze. Revisi 3 bulan lagi—jika masih relevan, baru dipertimbangkan.

3. “Selesaikan Sampai Tuntas, Baru Melirik yang Lain”
Bisnis itu seperti masak rendang: harus low and slow. Fokus pada satu hidangan sampai matang beraroma, baru cicipi resep lain.

4. Data > Feeling: Jangan Percaya pada “Sepertinya Asik”
Tren TikTok? Permintaan pasar? Cek data riil: survei pelanggan, analisis kompetitor, laporan penjualan. SOS sering lahir dari emosi, bukan fakta.

5. Belajar Bilang “Tidak” pada 99% Peluang
Steve Jobs bilang: “Innovation is saying no to a thousand things.” Fokusmu adalah kekuatan—bukan jumlah ide yang dijalankan.


Kisah Nyata: Coca-Cola yang (Hampir) Gagal karena SOS

Di era 1980-an, Coca-Cola pernah panik melihat pesaing dan meluncurkan New Coke. Hasilnya? Konsumen marah, penjualan anjlok. Mereka lupa bahwa kekuatan brand ada pada konsistensi. Akhirnya, kembali ke formula klasik—dan sukses hingga hari ini.


Kesimpulan: Kilauan Bukan Jaminan Emas
Bisnis terbaik bukan yang paling sering ganti strategi, tapi yang berani bertahan di jalur, sekalipun ada “cahaya lain” yang menggoda.

“Apakah kamu pebisnis, atau pencari kunang-kunang?”
Share di komen: Ide “shiny” apa yang pernah hampir menggelincirkan bisnismu?

Ebook SamDK

About The Author

SamDK

Bagi saya menulis merupakan bagian dari proses pembelajaran. Orang belajar biasanya akan membuat catatan-catatan bagi dirinya sendiri. Blog ini, sesungguhnya merupakan “catatan pribadi” yang kadang bersumber dari pengalaman pribadi atau sekedar meresume sebuah buku yang sedang dibaca agar tak lupa. Seperti quote favorit saya dari Ali bin Abi Thalib yang mengatakan “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *