Content That Grows vs Content That Sells

posted in
on
by

Konten digital adalah tulang punggung kesuksesan sebuah brand, tetapi tidak semua konten memiliki tujuan yang sama. Dalam strategi marketing, ada dua jenis konten utama yang harus dipahami dan dioptimalkan: Content That Grows dan Content That Sells. Konten yang berkembang bertujuan menarik perhatian, membangun komunitas, dan merawat hubungan dengan audiens. Sedangkan, konten yang menjual berfokus pada menghasilkan konversi langsung seperti pembelian atau pendaftaran.

Namun, bagaimana cara memahami dan mengintegrasikan kedua jenis konten ini dalam strategi marketing Anda? Artikel ini akan mengupas detail setiap jenis konten berdasarkan karakteristik, contoh, dan tips praktis yang dapat langsung Anda terapkan.

Content That Grows: Menarik dan Merawat Audiens

Konten ini dirancang untuk memperluas jangkauan audiens Anda, membangun hubungan jangka panjang, dan menciptakan kepercayaan. Berikut adalah jenis-jenis konten yang dapat membantu Anda tumbuh:

1. Educational Content

Orang-orang menyukai konten edukasi yang memberikan wawasan baru dan actionable insights. Dengan menyediakan konten yang mendidik, Anda dianggap sebagai otoritas di bidang Anda.

Hook: “Kenapa makan 1.200 kalori justru membuat berat badan naik? Ini solusinya.”

Manfaat: Membantu audiens memahami masalah mereka sambil mengaitkan solusi tersebut dengan produk Anda.

2. Opinionated Content

Konten opini yang kuat dan tegas mampu menarik perhatian dan mendorong audiens untuk terlibat.

Hook: “Berhenti menyalahkan karbohidrat! Ini alasan mengapa karbohidrat bukan musuh Anda.”

Manfaat: Menunjukkan posisi brand Anda sebagai pemimpin opini yang percaya diri, bukan hanya pembuat konten biasa.

3. Entertaining Content

Konten yang menghibur seperti cerita lucu atau relatable content memiliki potensi untuk mendapatkan banyak like, share, dan save.

Hook: “POV: Anda beli foundation ‘hydrating’, tapi malah terlihat seperti croissant kering!”

Manfaat: Meningkatkan jangkauan organik dengan cara yang menyenangkan dan dekat dengan audiens.

4. Informative Content

Konten yang berisi informasi tren terbaru, case study, atau laporan dapat menjaga brand Anda tetap relevan.

Hook: “Suku bunga KPR turun—ini yang perlu Anda tahu jika membeli rumah di 2025!”

Manfaat: Membuat audiens merasa up-to-date dan mempercayai Anda sebagai sumber berita terpercaya.

5. Behind-the-Scenes Content

Orang-orang ingin melihat sisi manusia dari bisnis Anda. Berbagi proses di balik layar menciptakan koneksi personal.

Hook: “Proses kami menciptakan produk ini (bahkan kami pun mengalami kesulitan!).”

Manfaat: Membantu audiens merasa dekat dengan brand Anda secara emosional.

6. Community-Building Content

Melibatkan audiens melalui polling, pertanyaan, atau diskusi membangun komunitas yang setia.

Hook: “Deskripsikan brand Anda dalam 3 kata! Kami ingin tahu apa pendapat Anda.”

Manfaat: Menciptakan interaksi yang mendalam dan membangun komunitas.

7. Quick Wins & Hacks

Konten yang memberikan solusi cepat dan mudah diaplikasikan langsung menarik perhatian.

Hook: “3 trik sederhana agar reels Anda viral tanpa editing rumit!”

Manfaat: Memberikan nilai tambah dalam waktu singkat, membuat audiens ingin terus belajar dari Anda.

Content That Sells: Mengonversi Audiens Menjadi Pelanggan

Setelah membangun kepercayaan dan koneksi, langkah selanjutnya adalah mendorong audiens untuk mengambil tindakan spesifik. Berikut adalah jenis-jenis konten yang menjual:

1. Testimoni dan Studi Kasus

Bukti sosial adalah elemen penting untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas.

Hook: “Bagaimana klien kami berhasil menutup transaksi rumah dalam 30 hari.”

Manfaat: Membantu audiens melihat hasil nyata yang dapat mereka capai dengan menggunakan produk Anda.

2. Storytelling Content

Cerita yang relevan secara emosional membantu audiens terhubung dengan brand Anda.

Hook: “Saya berhasil mendapatkan kembali kepercayaan diri setelah naik 10 kg—ini caranya.”

Manfaat: Menginspirasi audiens untuk mengambil langkah serupa dengan bantuan produk atau layanan Anda.

3. Urgency-Driven Offers

Penawaran terbatas menciptakan rasa FOMO (Fear of Missing Out), yang dapat mempercepat keputusan pembelian.

Hook: “Promo ini hanya berlaku hingga tengah malam! Dapatkan produk kami sekarang.”

Manfaat: Mendorong audiens untuk segera bertindak, mengurangi keraguan.

4. Objection-Handling Content

Atasi keraguan audiens sebelum mereka mengambil keputusan.

Hook: “Facial medis mahal? Ini alasan kenapa sebenarnya lebih hemat dalam jangka panjang.”

Manfaat: Menghapus hambatan psikologis yang menghalangi pembelian.

5. Before & After Transformations

Menunjukkan hasil nyata sebelum dan sesudah membuat produk Anda terasa lebih nyata dan dapat dipercaya.

Hook: “Perbedaan antara fotografer pemula dan pro—perubahan kecil, dampak besar!”

Manfaat: Memberikan gambaran jelas kepada audiens tentang hasil yang dapat mereka harapkan.

Menggabungkan Kedua Jenis Konten dalam Strategi Anda

Untuk hasil maksimal, penting untuk menggabungkan Content That Grows dan Content That Sells. Berikut adalah beberapa tips untuk melakukannya:

1. Awali dengan Edukasi

Bantu audiens memahami masalah mereka melalui konten edukasi dan informatif.

2. Bangun Hubungan dengan Cerita

Gunakan konten storytelling atau behind-the-scenes untuk menciptakan koneksi emosional.

3. Dorong Tindakan dengan Bukti dan Urgensi

Tambahkan testimoni, studi kasus, dan penawaran terbatas untuk mempercepat konversi.

Kesimpulan

Memahami dan memanfaatkan Content That Grows serta Content That Sells adalah kunci untuk mencapai keseimbangan antara menarik audiens baru dan mengubah mereka menjadi pelanggan setia. Dengan kombinasi konten edukasi, hiburan, storytelling, dan bukti sosial, Anda dapat membangun brand yang kuat sekaligus meningkatkan penjualan. Siap mengembangkan strategi konten Anda? Mulailah dari sekarang!

Ebook SamDK

About The Author

SamDK

Bagi saya menulis merupakan bagian dari proses pembelajaran. Orang belajar biasanya akan membuat catatan-catatan bagi dirinya sendiri. Blog ini, sesungguhnya merupakan “catatan pribadi” yang kadang bersumber dari pengalaman pribadi atau sekedar meresume sebuah buku yang sedang dibaca agar tak lupa. Seperti quote favorit saya dari Ali bin Abi Thalib yang mengatakan “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *