MEA atau yang biasa disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN memang sudah lama terdengar. Namun setelah membaca harian Kontan edisi bulan kemarin yang berjudul darurat UKM, saya sangat kaget melihat data-data yang disodorkannya. Pemisahan batas negara-negara di ASEAN 2 tahun lagi nyaris tak berlaku. Lalu lintas orang, barang dan uang bisa masuk dengan bebasnya. Lalu hantu yang horor dimana? cerita horrornya adalah bahwa negara kita tercinta ini masih sangat tidak siap menghadapi MEA, terutama para UKM-nya!
Negara kita jauh tertinggal persiapannya dibanding Singapura, Malaysia, Thailand dan bahkan Brunei sekalipun. Menurut data Kontan, Thailand sudah memiliki 75.000 UKM hasil binaan inkubator bisnisnya. Setiap UKM mendapat dana $32.000 dari pemerintahan Gajah Putih tersebut. Thailand sadar tak semua UKMnya akan sukses, namun jika diambil 5% saja yang berhasil maka produk mereka bakal cukup membanjiri pasar ASEAN.
Kementrian pendidikan, perdagangan dan kementrian luar negeri Thailand juga terus mensosialisasikan MEA ini kepada seluruh warganya melalui iklan dan pidato pejabat ke seluruh negerinya. Kementrian pendidikannya juga membuat program “Mari belajar bahasa Inggris” untuk menyiapkan generasi muda Thailand yang mampu berkomunikasi baik saat bertemu orang dari berbagai negara.
Begitu juga dengan Malaysia, sejak 2003 sudah mendanai inovator bisnis bahkan untuk yang baru tumbuh. Tiap inovator mendapat pinjaman RM 50.000. Empat tahun kemudian, dana yang dipinjam bisa bertambah menjadi RM 250.000. 5 tahun silam kebetulan saya menghadiri program tahunan Malaysia yang bernama IBM-Mihas, sebuah pameran UKM Malaysia dimana Malaysia mengundang para UKM dari luar Malaysia untuk datang dan bertemu dengan pengusaha2 UKM Malaysia. Semua biaya akomodasi selama di Malaysia benar-benar free alias gratis (fasilitas hotel bintang 5 selama 3 hari dan akomodasi hotel menuju venue pameran). IBM-Mihas ini salah satu dukungan pemerintah Malaysia untuk memperkenalkan UKM-nya ke seluruh dunia!
Begitu juga tahun kemarin saat saya mengikuti pameran di Vietnam, kebetulan bertemu dengan perwakilan kedutaan Indonesia untuk Vietnam. Dari beliaulah saya banyak mendapat cerita betapa luar biasanya dukungan pemerintah Vietnam untuk UKMnya. Salah satu yang membuat ngiler adalah pembebasan pajak selama 5 tahun bagi investor asing yang bisa menyerap banyak tenaga kerja Vietnam. Hmm, pantas saja pabrikan besar apparel Eropa semacam Adidas, Nike, The North Face lebih suka membuka pabrik di Vietnam daripada Indonesia.
Singapura pun tak kalah canggih dalam layanan industrinya. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya di blog ini, proses pembuatan akta perusahaan hanya butuh waktu kurang dari 3 hari! bandingkan dengan di Indonesia yang membutuhkan waktu minimal 40 hari! Inkubator bisnis milik perguruan tinggi saja diberikan dana hibah $50.000 karena mereka yakin ide-ide bisnis dari mahasiswa bakal menjelma menjadi sebuah usaha yang menguntungkan.
Thailand, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam menurut Kontan adalah negara-negara yang sangat siap menghapai era MEA. Indonesia sendiri sebenarnya tidak jelek-jelek amat, kita berada di tengah-tengah. Masih ada negara-negara yang tingkat kesiapannya jauh dibawah kita seperti Myanmar dan Laos. Namun jangan berpuas dahulu, karena negara kita dengan perumbuhan ekonomi dan jumlah masyarakatnya yang terbesar di ASEAN sudah pasti menjadi incaran potensial pasar negara-negara yang lebih siap fight saat MEA nanti dibuka..
Bagaimana, apakah bisnis anda sudah disiapkan untuk menghadapi MEA nanti?