Opportunities Oriented vs Safety Oriented

Menarik sekali tayangan Golden Ways Pak Mario Teguh minggu malam kemarin. Topiknya sangat luar biasa : Revolusi Generasi Muda!

Seperti biasa, Pak Mario banyak mengucapkan kata-kata Superrr…. yang memang sangat super sekali. Dan kata-kata yang paling super menurut saya adalah ketika beliau mengatakan bahwa kaum muda jika ingin sukses, segeralah berwirausaha! sedini mungkin!!. “Di Usia muda yang kelihatannya masanya masih panjang, jangan malah bersantai-santai, sebaliknya terburu-burulah untuk mencapai kesuksesan’.

Menurut Pak Mario, sebagai generasi muda jangan terlalu safety oriented, karena safety oriented itu hanyalah ‘pantas’ untuk orang-orang diatas usia 40 tahun! Usia diatas 40 tahun memang sudah harus safety oriented, karena di saat usia tersebut kita sudah memikirkan sekolah anak, rumah dan bahkan sudah memikirkan dana pensiun.

Namun saat usia kita dibawah 40 tahun, atau bahkan kurang dari 25-30 tahun, sebaiknya jangan pernah punya pikiran safety oriented seperti tersebut. Sebaliknya, yang perlu dipikirkan adalah Opportunities Oriented. Daripada memikirkan dana pensiun dengan menjadi PNS yang tidak seberapa, mengapa tidak memikirkan dan fokus untuk mendapatkan penghasilan dan profit yang sangat besar di usia muda? Terburu-burulah untuk segera menikmatinya melalui jalan berwirausaha. Dan kalau memulai sejak dini, bisa-bisa kita sudah pensiun di usia 33 – 35 tahun. Menarik bukan?

Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman yang kebetulan bekerja di salah satu BUMN sambil menjalankan bisnis pribadinya. Dua tahun yang lalu, teman saya tersebut ingin membesarkan usahanya sambil tetap bekerja di BUMN tersebut. Dia beralasan karena karirnya menurutnya sudah sangat bagus di BUMN tersebut sehingga merasa sayang untuk ditinggalkan.

Dua tahun berselang, ternyata masih begitu-gitu saja, bisnisnya tidak berkembang luar biasa dan cenderung stagnan. Ini mungkin karena waktu yang dicurahkan dalam bisnisnya kalah porsinya dengan statusnya sebagai karyawan di BUMN tadi.

Dalam diskusi kami berdua tersebut, sempat juga kami mencoba-coba menghitung kemungkinan-kemungkinan yang ada. Seperti misalnya, jika dihitung ke depan dalam 10 tahun lagi, jika dia tetap bertahan di BUMN tersebut, kira-kira posisi jabatannya maksimal hingga sampai level apa, dan gaji yang diterimanya berapa (dihitung dari rata2 gaji posisi puncak sekarang ini). Dan kemudian jika dibanding dengan membesarkan bisnisnya sendiri, berapa peluang yang bisa didapat? Dengan konsep yang telah dibuat teman saya tadi, ternyata hitungan peluang meraih profitnya jauh lebih besar 10 hingga 20 kali lipat dibanding dengan gaji yang diterima (ini menurut hitung-hitungan dia sendiri dengan opsi mencurahkan 100% waktunya ke bisnisnya sendiri), dan bahkan penghasilan 10 – 20 x lipat tersebut tidak harus menunggu hingga 10 tahun lagi (hanya dalam 2-5 tahun, -sekali lagi menurut hitungan dia).

Namun yang terjadi dengan penghitungan yang telah dia buat sendiri seperti itu, mengapa hingga saat ini masih tetap memilih di opsi pertama : tetap menjadi karyawan BUMN. Dan mengapa tidak menjalankan opsi ke-2 : menjalankan 100% bisnisnya sendiri ya?

Kalau melihat apa yang disampaikan pak Mario tersebut, mungkin teman saya tadi terlalu Safety oriented. Padahal usianya masih muda sekali, belum menikah dan baru lulus kuliah. Kalau memang memilih pilihan membesarkan bisnisnya 100%, memang tidak ada jaminan langsung berhasil sesuai hitungan yang telah disampaikannya ke saya tersebut. Tapi setidaknya peluangnya jauh lebih besar daripada opsi pertama. Dan kalau ada kemungkinan gagal, setidaknya gagalnya ‘tidal lebih sakit’ daripada gagal 10 tahun lagi karena kalau gagal sekarang, bebannya masih tidak sebesar 10 tahun lagi.

Tinggal memilih seperti yang dikatakan Pak Mario teguh, menjadi opportunities oriented atau safety oriented ?. Bukan begitu?

1 quote menarik dari Pak Mario pada penutupan acara kemarin : “Jika sekarang kita bekerja dalam perusahaan orang lain, apakah rencana keberhasilan hidup kita sudah dimasukkan dalam rencana keberhasilan perusahaan tersebut ?” jadi kalau belum, kita harus membuat dan menjalankan rencana keberhasilan hidup kita sendiri!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *