Di kota Malang ada suatu jalan yang bernama Jl. Soekarno Hatta, suatu jalan yang menjadi salah satu pusat bisnis di kota Malang. Bila ramadhan tiba pasti selalu ramai, karena disini ada tradisi menjual takjil (menu berbuka puasa). Sepanjang jalan itu akan berubah menjadi pasar dadakan sehingga lalu lintas menjadi macet. Para penjualnya rata-rata mahasiswi dan pelajar.
Sore itu, ketika saya lewat Jalan Soekarno Hatta, ada pemandangan lain yang menjadi perhatian saya. Kali ini bukan lagi mahasiswa-mahasiswi penjual takjil, melainkan seseorang yang mengendarai sepeda motor menjajakan kresek (kantong plastik) kepada para pedagang takjil disitu.
Rupaya si penjual kresek pandai menangkap peluang. Dia menjadikan para penjual takjil itu sebagai pangsa pasarnya. Daripada babak belur ikut-ikutan trend menjual takjil, si penjual kresek membidik pasar lain dengan tidak ikut-ikutan menjual takjil, melainkan menjual kresek untuk keperluan penjual takjil.
Saya jadi ingat tulisan Brad Sugar dalam bukunya Billionaire In Training. Disitu digambarkan sebagai berikut: saat penambangan tambang emas, semua orang pasti berlarian kesana untuk menggali tanah agar dapat menemukan kekayaan. Kalau anda bertanya apakah saya akan ikut-ikutan juga? saya jawab tidak. Daripada saya ikut-ikutan trend seperti itu, lebih baik saya mendirikan toko di pinggir jalan dan menjual panci. Semua penggali emas itu pasti membutuhkan panci.
Nah, jika saat ini pangsa pasar yang anda bidik mulai banyak kompetitor, mungkin perlu dipikirkan alternatif seperti yang dilakukan penjual kresek tadi, daripada kita harus ikutan-ikutan perang yang berdarah-darah di pasar yang sama. Jadilah yang berbeda!