Saat kita bangkrut, siapa yang mau menolong kita?

Kemarin, saya kedatangan teman lama yang ingin sharing dengan saya tentang usahanya. Teman yang lama tidak berjumpa ini, datang dengan tiba-tiba ke kantor dan memberikan kabar buruk : usahanya bangkrut! Dan yang lebih miris lagi, sekarang lagi dikejar-kejar debt collector karena hutangnya menumpuk. Belum lagi sebagian barang dagangan dan etalase tokonya harus disita oleh debt collector yang lain, sehingga praktis penjualan pun menurun.

Dalam sebuah bisnis, hal yang paling ditakuti adalah KEBANGKRUTAN. Sebagai pengusaha, kita selain harus sudah siap mental untuk menangguk PROFIT besar juga sudah harus siap mental untuk BANGKRUT. Dan yang lebih penting lagi, bangkrut bukan berarti itu adalah titik finish kita dalam berbisnis. Yang penting bagaimana caranya MEMANTUL kembali ke atas pada saat kita berada di bawah tersebut. Bukan begitu..?

Teman saya tadi menceritakan dari awal perihal kebangkrutannya. Dimulai dari hal-hal kecil penipuan di dalam tokonya sendiri seperti uang digelapkan karyawan, kehilangan barang dagangan dsb. Sampai akhirnya terjerat ke bank rentenir.

“Beban yang berat memang… , namun saya tidak terlalu kaget karena kebangkrutan yang saya alami 4 tahun lalu lebih parah daripada kasusmu ini” begitu saya sedikit memberikan semangat padanya. Teman saya terdiam sejenak, dan rupanya mulai berpikir dan merasa bersyukur bahwa kebangkrutannya tidak lebih buruk daripada yang pernah saya alami dahulu. Kemudian sayapun menceritakan kronologis kebangkrutan saya 4 tahunan yang lalu, yang ternyata memang lebih dahsyat daripada yang dialami teman saya ini.

Selesai bercerita tentang kejadian yang saya alami, Sayapun menyarankan dia agar menghubungi kembali partner-partner bisnisnya dulu. Minta tolong sama mereka. Minta tolong pada suplier atau distributor agar diberi tenggang pembayaran mundur agak lama. Minta tolong kepada teman-teman yang dikenalnya dengan baik agar mau berinvestasi di bisnisnya lagi. Dan minta tolong kepada debt collector agar diberikan kelonggaran waktu untuk pembayaran.

Kesanggupan partner-partner bisnis kita dalam membantu kita tentunya mengacu pada track record kita selama berbisnis. Apakah track record kita dipandang bagus oleh mereka? atau sebaliknya..? Dalam hubungan dengan suplier, apakah track record transaksi kita sudah bagus? pembayaran selalu tepat waktu? target tercapai atau tidak? Dalam hubungan dengan debt collector, apakah sebelumnya kita pernah macet dalam angsuran atau tidak? Dan dalam hubungan dengan para investor, apakah kita sudah sangat jujur dalam menjalankan uang investasi mereka? Dan apakah kita sudah melakukan hal yang sama (membatu mereka-red) jika mereka mengalami kesusahan seperti yang kita alami?

Kalau track record kita sudah bagus, saya kira banyak sekali yang mau membantu kita. Karena kebangkrutan itu adalah hal ‘yang biasa’ bagi pengusaha, tidak usah terlalu ditakuti atau malah di-mindsetkan sebagai garis finish dalam berbisnis.

Dan alhamdulilah, saat dulu saya mengalami kebangkrutan, banyak teman-teman yang menolong saya untuk kembali bangkit. Tidak hanya membantu saya secara financial, tapi dorongan dan semangat untuk membalik keadaan adalah hal yang lebih penting. Dan belajar dari pengalaman 4 tahun yang lalu, hingga kini saya selalu berusaha membangun track record yang baik dimata teman-teman, suplier, distributor dan juga bankir…

Bagaimana track record bisnis anda?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *