Minggu kemarin, dalam 3 hari saya terkena flu berat.
2 hari terpaksa tidak datang ke kantor.
1 hari lagi saya datang ke kantor, namun tidak bisa berbicara apa-apa karena suara hilang karena batuk.
Praktis di kantor hanya chatting, browsing dan memeriksa beberapa dokumen yang sudah menumpuk di meja sejak saya tidak ada di kantor.
Ada ritual penting yang saya kerjakan saat saya harus istirahat di rumah karena sakit.
Ya, setiap istirahat di rumah tersebut, saya selalu membandingkan dengan mengingat-ingat kembali kondisi sakit pada periodik sebelumnya. Saya selalu membandingkan periodik sakit yang sekarang dengan periodik sakit 4-5 bulan yang lalu. Bisa juga saya bandingkan dengan periodik sakit tahun kemarin ataupun malah 2-4 tahun sebelumnya.
Bukan masalah sakit-nya yang dibandingkan, tapi masalah kenyamanan saat menikmati istirahat di rumah.
Dan tingkat kenyamanan itu diukur dari seberapa banyak aktivitas bisnis yang terbengkalai dengan tanpa kehadiran saya di kantor.
Selama 2 hari istirahat di rumah itu, saya hitung telah mendapat telepon dari karyawan kantor sebanyak 7x yang membutuhkan saya untuk mengambil keputusan bisnis.
Kenyamanan istirahat memang sedikit terusik, namun saya bersyukur “tingkat kenyamanan” pada saat sakit kali ini tidak begitu besar daripada periode sakit 4-5 bulan yang lalu.
Pada periode sakit sebelumnya, dalam kondisi istirahat saya masih harus ikut menghitung penawaran yang sebelumnya dihitung oleh tim marketing, bahkan saya masih harus mengangkat telepon dari salah satu customer saya.
Kalau dibandingkan dengan periode sakit 2 tahun yang lalu, hasilnya malah lebih parah.
Karena pada 2 tahun yang lalu saya masih harus turun lapangan pada 2 bisnis yang saya geluti saat itu.
Wah pusing sekali, sungguh jauh dari kata “nyaman”.
Dan Alhamdulilah, sekarang hal itu sudah mulai berkurang.
Artinya, tingkat kebutuhan kehadiran saya dalam bisnis sudah mulai berkurang. Bisnis sudah bisa jalan tanpa kehadiran saya. Harapannya, kalau nanti tingkat kehadiran saya sudah menjadi 0%, bisnis saya bisa jalan meskipun saat itu saya juga jalan-jalan. Ah indahnya…
Begitulah, rasa syukur tiada terkira saat saya diberikan sakit oleh Yang Maha Kuasa, karena dengan istirahat di rumah, saya bisa membenchmark bisnis saya.