Pernahkah Anda mempertimbangkan dari mana asal produk yang Anda gunakan sehari-hari? Dari gadget, pakaian, hingga makanan, asal geografis dari sebuah produk seringkali memberikan kita persepsi tertentu tentang kualitas atau nilai dari produk tersebut. Dalam dunia pemasaran, fenomena ini dikenal sebagai “Country of Origin”
Konsep asal negara atau daerah geografis dari sebuah produk bisa menjadi cukup kompleks di era globalisasi ini. Beberapa merek Amerika ikonik seperti Converse dan Levi’s, misalnya, sudah tidak lagi diproduksi di Amerika. Bahkan merek seperti Ben & Jerry’s dan Budweiser kini dimiliki oleh perusahaan asing. Di sisi lain, ada negara yang melindungi industri mereka dengan regulasi ketat, seperti Swiss yang melindungi industri jam tangannya.
Di Swiss, pembuat jam tangan harus memenuhi kriteria ketat untuk dapat memberi label produk mereka sebagai “Swiss-made”. Menurut hukum setempat, komponen non-Swiss harus kurang dari 50% dari komponen jam tersebut. Ini adalah upaya pemerintah Swiss untuk mempertahankan reputasi dan kualitas jam tangan buatan Swiss yang telah dikenal di seluruh dunia. Dengan cara ini, konsumen yang membeli jam dengan label “Swiss-made” akan merasa lebih yakin tentang kualitas dan keaslian produk tersebut.
Contoh lainnya, BMW memanfaatkan reputasi Jerman dalam keahlian teknik untuk memperkuat citra mereknya. Dengan menonjolkan keunggulan teknologi dan desain yang “Made in Germany,” BMW berhasil menarik konsumen yang menginginkan kualitas dan performa tinggi.
Asal negara atau daerah geografis dari sebuah produk bisa menjadi faktor penting dalam membangun ekuitas merek. Namun, penting untuk memahami bagaimana konsumen membentuk dan memperbarui pengetahuan merek mereka berdasarkan informasi ini, terutama dalam dunia yang semakin global.