Gen Z Bukan Sekedar Gen Milenial Yang Lebih “Radikal”

Mari kita mulai dengan mengakui sebuah fakta yang salah: menganggap Generasi Z hanya sebagai versi lebih “radikal” dari Milenial.

Pada awalnya, kita bisa melihat mereka, Generasi Zyang hampir sama dengan Milenial—namun mereka “lebih tajam” dari segala hal. Namun, bila kita merenung lebih dalam, kita akan menyadari bahwa Generasi Z adalah lebih dari sekadar Milenial dengan “dosis” yang lebih tinggi. Mereka tumbuh di era di mana informasi bukan hanya di ujung jari, tapi juga di tiap sudut pikiran mereka. Teknologi adalah makanan sehari-hari mereka.

Perhatikan cara mereka berkomunikasi. Generasi Z menggunakan emoji dan meme sebagai senjata, berbicara dalam kode yang dinamis—bahasa yang jika tidak dipahami, akan membuat kita terlihat usang. Milenial mungkin telah membuka jalan dengan SMS dan email, tapi Generasi Z? Mereka menjadikan setiap tweet, setiap story Instagram, sebagai kanvas untuk menyampaikan pesan, ide, bahkan protes.

Generasi ini tidak hanya sekedar mengonsumsi konten; mereka adalah kreator, kritikus, dan kontributor aktif dalam dunia digital. Mereka memiliki radar bawaan untuk membedakan antara apa yang autentik dan apa yang tidak. Dalam pertarungan antara merek besar dengan startup kecil yang fokus pada keberlanjutan, hati mereka akan cenderung ke yang terakhir. Ini bukan hanya tentang pilihan gaya, tapi juga tentang pilihan etika.

Generasi Z juga tidak hanya menelan apa yang disajikan media. Mereka skeptis, kritis, dan yang lebih penting, mereka mencari keaslian. Ini bukan generasi yang akan terpaku pada satu merek hanya karena status; mereka akan menggali lebih dalam, mencari tahu apa dampak sosial dari pembelian mereka. Mereka ingin investasi mereka—baik waktu maupun uang—berarti lebih.

Mereka ini juga punya pandangan yang sangat berbeda tentang pekerjaan dan karir. Milenial mungkin dikenal akan hasrat mereka untuk pekerjaan yang memuaskan secara pribadi, tapi Generasi Z? Mereka melangkah lebih jauh. Mereka tidak hanya mencari kepuasan, tapi juga fleksibilitas, keberlanjutan, dan terutama tentang dampak. Startup yang berfokus pada solusi untuk perubahan iklim akan lebih menarik bagi mereka daripada perusahaan Fortune 500 yang keberadaannya tidak ada dampaknya bagi mereka.

Namun, jangan salah paham. Bukan berarti Generasi Z tidak menghargai hiburan atau kesenangan semata. Mereka tetap menikmati konser musik, maraton serial favorit, atau bermain game. Hanya saja, cara mereka mengonsumsi, berpartisipasi, dan bahkan menciptakan hiburan itu sendiri yang berbeda. Mereka lebih suka festival musik yang mengusung tema keberlanjutan daripada sekedar pertunjukan mewah tanpa pesan yang jelas.

Perbedaan ini bukan tanpa tantangan. Bagaimana generasi sebelumnya—Generasi X, misalnya—beradaptasi dengan anak-anak mereka yang begitu berbeda? Bagaimana pendidikan, pasar kerja, bahkan politik harus berubah untuk menampung gelombang baru ini? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak mudah dijawab, tapi satu hal yang jelas: menganggap Generasi Z hanya sebagai generasi Milenial “yang lebih kuat” adalah sebuah kesalahan besar.

Generasi Z bukanlah sekedar kelanjutan cerita para Milenial; mereka adalah babak baru dengan narasi tersendiri. Dalam setiap tweet, setiap proyek, setiap protes, mereka menulis ulang skrip tentang apa artinya tumbuh, belajar, dan berkontribusi di abad ke-21. Generasi ini tidak hanya ingin dilihat; mereka ingin didengar, dipahami, dan yang paling penting, mereka ingin membuat perbedaan.

Jadi, mari kita buka mata dan telinga kita lebih lebar lagi. Generasi Z bukanlah Milenial yang disuntik “steroid”. Mereka adalah generasi unik dengan visi, nilai, dan impian mereka sendiri. Generasi Z membawa kita ke era baru, dan saatnya kita menyambut mereka—bukan sebagai bayangan generasi sebelumnya, tapi sebagai pembawa obor baru ke masa depan.

Sumber bacaan : Marketing to Gen Z: The Rules for Reaching This Vast–and Very Different–Generation of Influencers

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *