Kita semua pernah mengalaminya. Sedang asyik berselancar di internet mencari informasi yang bermanfaat, tiba-tiba dihujani iklan yang sama sekali tidak relevan. Ganggu sekali, bukan? Inilah yang terjadi ketika perusahaan lebih fokus pada produk mereka daripada kebutuhan audiens. Mereka gagal memahami inti dari pemasaran konten yang sukses.
Lihatlah bagaimana Red Bull melakukannya. Alih-alih terus-menerus mempromosikan minuman energi mereka, Red Bull menciptakan konten yang menginspirasi dan memotivasi, seperti video aksi olahraga ekstrem dan cerita petualangan. Konten ini bukan hanya menghibur, tetapi juga memperkuat asosiasi merek dengan keberanian dan adrenalin. Inilah esensi dari pemasaran konten yang berfokus pada kebutuhan audiens.
Namun, banyak perusahaan masih terjebak dalam perangkap promosi produk tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya dibutuhkan audiens. Ambil contoh perusahaan teknologi yang hanya memaparkan spesifikasi teknis tanpa menjelaskan bagaimana produknya bisa memecahkan masalah sehari-hari atau meningkatkan produktivitas. Ini adalah contoh klasik dari pemasaran yang fokus pada produk, bukan audiens.
Kesalahan lain yang sering dilakukan adalah mengabaikan umpan balik dari audiens. Dalam dunia digital yang cepat ini, audiens memiliki suara dan harapan untuk didengarkan. Ketika merek tidak responsif terhadap komentar, saran, atau kritik, mereka kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih dalam. Pepsi pernah mengalami hal ini ketika mereka merilis iklan kontroversial yang dianggap tidak peka. Alih-alih mendengarkan dan memahami audiens, mereka gagal mengantisipasi reaksi negatif dan harus menarik iklan tersebut setelah banyak kritik.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan ini, perusahaan harus selalu ingat bahwa konten mereka harus memberikan nilai nyata kepada audiens. Ini bisa berupa solusi untuk masalah, informasi yang mencerahkan, atau hiburan yang menyenangkan. Dengan berfokus pada kebutuhan audiens, perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih kuat, meningkatkan loyalitas, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Jadi, mulailah melihat pemasaran dari sudut pandang audiens Anda dan lihat bagaimana hubungan yang terbangun akan membawa dampak positif bagi merek Anda.
Mengubah pendekatan dari pemasaran produk ke pemasaran informasi adalah langkah strategis yang krusial. Ini tentang memberikan nilai tambah melalui informasi yang relevan, edukatif, dan menarik, daripada sekadar mempromosikan produk atau jasa. Langkah ini bertujuan membangun hubungan jangka panjang dengan audiens, meningkatkan keterlibatan, dan akhirnya, mendorong loyalitas serta konversi.
Pemasaran informasi bertujuan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi audiens. Sebuah perusahaan peralatan kebun, misalnya, tidak hanya menjual alat-alat, tetapi juga menyediakan panduan merawat taman, tips berkebun, dan solusi untuk masalah umum yang dihadapi tukang kebun.
Home Depot adalah contoh yang baik. Mereka menyediakan banyak tutorial dan panduan DIY di situs web mereka, membantu pelanggan mengatasi berbagai proyek rumah tangga. Ini membuat pelanggan lebih percaya diri dan cenderung membeli produk dari Home Depot. Dengan menyediakan informasi yang berguna dan relevan, perusahaan dapat membangun kepercayaan. Audiens yang merasa mendapatkan pengetahuan berharga akan lebih cenderung melihat perusahaan sebagai ahli atau pemimpin di industri tersebut.
HubSpot, penyedia software pemasaran dan penjualan, dikenal karena blog dan sumber daya edukatifnya yang luas. Mereka menyediakan ebook, webinar, dan kursus gratis tentang berbagai aspek pemasaran digital, membantu mereka membangun reputasi sebagai pemimpin pemikiran di bidangnya.
Menggunakan storytelling untuk menyampaikan pesan yang menginspirasi dan relevan sangat efektif. Cerita yang baik bisa menyentuh emosi audiens dan membuat mereka merasa terhubung dengan merek.
Nike sering menggunakan kampanye iklan yang menceritakan kisah para atlet dan perjuangan mereka. Kampanye “Just Do It” mereka bukan hanya tentang menjual sepatu, tetapi tentang menginspirasi orang untuk mencapai potensi mereka. Menggunakan berbagai format konten untuk menjangkau audiens lebih luas juga penting. Ini bisa berupa artikel blog, video, podcast, infografis, dan posting media sosial.
Diversifikasi konten memungkinkan perusahaan menyampaikan informasi dengan cara yang paling sesuai untuk berbagai segmen audiens. Coca-Cola menggunakan berbagai format konten di media sosial mereka, termasuk video pendek, cerita pengguna, dan infografis tentang dampak sosial dan lingkungan dari produk mereka.
Pemasaran informasi tidak hanya tentang menciptakan konten yang baik, tetapi juga mendistribusikannya dengan cara efektif. Media sosial adalah alat kuat untuk menyebarkan informasi dan menjangkau audiens lebih luas.
GoPro memanfaatkan media sosial dengan sangat baik dengan membagikan video yang diambil oleh pengguna produk mereka. Konten ini tidak hanya mempromosikan produk tetapi juga menginspirasi orang lain untuk berbagi pengalaman mereka. Mengoptimalkan konten untuk mesin pencari agar lebih mudah ditemukan oleh audiens yang mencari informasi terkait sangat penting. Ini melibatkan penggunaan kata kunci yang relevan, membuat konten berkualitas tinggi, dan membangun backlink dari situs web lain.
Moz, perusahaan yang menyediakan alat SEO, menggunakan blog mereka untuk mengedukasi audiens tentang praktik terbaik SEO. Konten mereka sering muncul di hasil pencarian teratas, menarik banyak pengunjung ke situs mereka.
Kesalahan umum adalah terlalu fokus pada penjualan langsung daripada memberikan nilai. Konten yang terlalu promosi sering kali diabaikan oleh audiens karena mereka mencari informasi yang bermanfaat, bukan iklan. Banyak perusahaan e-commerce yang hanya mengirim email tentang diskon dan penawaran produk tanpa memberikan informasi tambahan yang berguna, seperti panduan penggunaan produk atau tips terkait. Tidak mendengarkan audiens dan tidak menanggapi umpan balik mereka bisa menjadi kesalahan besar. Audiens ingin merasa didengar dan dihargai. Mengabaikan umpan balik dapat merusak reputasi dan mengurangi keterlibatan. Ketika Pepsi merilis iklan yang dianggap tidak peka, mereka gagal untuk segera merespon kritik dari audiens, menyebabkan kerusakan reputasi yang lebih besar.
Mengubah pendekatan dari pemasaran produk ke pemasaran informasi memerlukan pergeseran fokus dari sekadar menjual produk ke memberikan nilai nyata kepada audiens. Ini melibatkan pembuatan konten yang edukatif, menarik, dan relevan, serta distribusi yang efektif melalui media sosial dan SEO. Dengan memahami dan memenuhi kebutuhan audiens, perusahaan dapat membangun hubungan yang lebih kuat, meningkatkan loyalitas, dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.