Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam dunia kerja, termasuk dalam gaya kepemimpinan. Model kepemimpinan otoriter yang dulu mendominasi, kini mulai ditinggalkan. Forbes, dalam artikelnya “Why Authoritarian Leadership Simply Doesn’t Work Anymore”, menyoroti bahwa karyawan saat ini, khususnya generasi digital native, menginginkan pendekatan yang lebih humanis.
“Dari dulu, ga ada orang suka punya pemimpin otoriter, kecuali mereka emang demen ‘tersakiti’. Tapi gaya ini emang ditoleransi bahkan dianggap tipe leadership yang oke,” tulis Forbes. Pernyataan ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma. Karyawan modern mendambakan lingkungan kerja yang positif, di mana mereka merasa dihargai, didengarkan, dan diberi kesempatan untuk berkontribusi secara optimal.
Lantas, mengapa terjadi perubahan? Forbes menjelaskan bahwa pergeseran ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya perubahan generasi di tempat kerja dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Generasi milenial dan Gen Z, yang tumbuh di era digital, lebih menghargai fleksibilitas, otonomi, dan kesempatan untuk mengembangkan diri.
Kepemimpinan otoriter, dengan ciri khasnya yang kaku dan menuntut, justru menciptakan lingkungan kerja yang toxic. Karyawan merasa terkekang, tidak dihargai, dan kurang termotivasi, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan tingkat turnover karyawan. Di sisi lain, pemimpin yang humanis mampu membangun hubungan yang kuat dengan timnya, menciptakan rasa percaya, dan mendorong kolaborasi.
Kepemimpinan humanis di era digital ditandai dengan beberapa karakteristik, antara lain:
- Komunikasi terbuka: Pemimpin aktif mendengarkan aspirasi dan masukan dari tim, serta transparan dalam menyampaikan informasi.
- Empati dan pengertian: Pemimpin menunjukkan kepedulian terhadap kondisi dan kebutuhan karyawan.
- Memberdayakan karyawan: Pemimpin memberikan kepercayaan dan fleksibilitas kepada karyawan untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.
- Fokus pada pengembangan: Pemimpin mendukung pertumbuhan dan perkembangan karyawan melalui pelatihan, mentoring, dan delegasi tugas.
Dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang lebih humanis, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif, produktif, dan inovatif. Di era digital yang penuh dinamika ini, kepemimpinan humanis bukan hanya sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk mencapai kesuksesan berkelanjutan.