Memilih tim bisnis karena Attitude-nya

Keberhasilan sebuah perusahaan lebih ditentukan oleh kualitas SDM karyawannya. Begitu juga dengan kualitas tim inti sebuah perusahaan tersebut.

Sewaktu kita akan menentukan sebuah tim untuk membangun kerajaan bisnis, pastilah kita membuat kriteria calon partner kita tersebut. Karena kualitas partner yang kita pilih juga akan menentukan gagal-berhasil, lambat-cepat, inefisien-efisien dari bisnis tersebut.

Saya sendiri, sewaktu membangun bermacam-macam bisnis sejak 1999 sudah mengalami pasang surutnya. Ada tim yang benar-benar bagus, juga ada yg sebaliknya. Dan ternyata, memilih partner bisnis di awal-awal kita berbisnis harus sangat berhati-hati. Karena salah sedikit saja, berarti fatal untuk seumur hidup, eh “seumur perusahaan” tersebut berjalan maksudnya !

Sekarang, dalam mencari partner bisnis saya mempunyai 2 kriteria utama, disamping kriteria-kriteria lain yang saya ajukan.

Kriteria pertama, adalah attitude atau perilakunya.
Jangan sampai kita terjebak memilih tim bisnis HANYA yang pandai atau bahkan lulus cum laude, atau mempunyai pengalaman panjang di bidangnya. Yang lebih penting diamati adalah attitude, perilaku calon partner bisnis kita itu.

Kepribadian yang buruk akan sangat sulit untuk diubah. Bukan tidak bisa diubah, tapi sulit untuk diubah. “Gawan bayi” begitulah kata nenek moyang kita.
Kepribadian yang buruk akan menjadi virus yang berpotensi merusak keseluruhan tim. Apa gunanya kemampuan, kalau orang tersebut tidak bisa bekerja sama? Apa gunanya lulusan terbaik, kalau orang tersebut tidak bisa disiplin?
Karena bisnis beda dengan sanggar seniman dimana orang tergerak untuk bekerja hanya manakala timbul inspirasi…

Kriteria kedua, adalah open-mind
Orang dengan kepribadian unggul, namun dengan kemampuan sedikit di bawah rata-rata adalah pilihan yang lebih bijak. Lain dengan kepribadian yang sulit dirubah, kemampuan bisa dilatih.
Bisnis adalah inovasi. Apa yang kita lakukan hari ini tentu tak sama hasilnya dengan apa yang kita lakukan tahun depan. Jaman sudah banyak berubah.

Open mind disini juga bisa diartikan “suka belajar“.
Dalam suatu tim bisnis, jangan sampai salah satu person ketinggalan “ilmu“nya, karena hal itu bisa membuat perusahaan menjadi “pincang“.

Saya sendiri, mewajibkan seluruh karyawan untuk selalu mengupdate ilmunya. Bisa dari baca buku, internet dan sebagainya. Tak jarang pula beberapa karyawan ada kegiatan wajib di luar jam kantor untuk ikut seminar ataupun kursus yang sesuai bidangnya. Tentunya dibiayai oleh kantor.

Apalagi tim inti perusahaan saya. Menu wajibnya adalah menyelesaikan membaca minimal 1 buku yang telah saya pilih sebelumnya. Dan di akhir bulan kita secara bersama sharing ilmu.

Jangan sampai karena salah satu orang dalam tim, ilmunya sedikit ketinggalan,
hanya bisa “membaca” vokal huruf “a”,
sementara itu dia tidak bisa membaca huruf vokal lainnya “i”, “u”, “e”, dan “o”.

Karena repotnya,
kalau sewaktu dalam rapat kita diharuskan membaca kata “S-T-R-A-T-E-G-I”,
yang dibacanya justru kata “S-T-R-A-T-A-G-A” karena ia tidak bisa membaca huruf vokal lain selain vokal “a”.

Nah repot juga kan..?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *