Pengusaha Tempoe Doeloe

Minggu kemarin, saya bertransaksi membeli ruko untuk kantor baru saya. Oemiliknya adalah seorang lelaki baya pengusaha property yang sekaligus memiliki sebuah pabrik plastik besar.

Melihat usia saya yang masih muda, Bapak tersebut menanyakan apa bisnis yang saya jalankan, dan bagaimana cara saya bisa membeli ruko tersebut. Menurut dia, belum ada anak muda yang pernah membeli beberapa propertinya sekaligus seperti saya.

Usut punya usut, keheranan bapak tersebut adalah karena pengalaman beliau memulai bisnisnya di usia mudanya yang sangat berdarah-darah. Dan sepertinya dia belum menyadari, di jaman sekarang banyak anak-anak yang bahkan jauh lebih muda dari saya sudah meraih kesuksesan bisnisnya, jauh berbeda dengan pengalaman muda bapak tadi.

Kemudian beliau mulai bercerita…

“Saya ini termasuk pengusaha tempoe doeloe” begitu dia mengawali ceritanya.

“Konvensional mas, orang jaman dulu itu mengawali usaha hanya dengan modal dengkul alias nekat. Ini karena jaman dulu gak tidak ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Apalagi seperti yang kamu jelaskan tadi. Ada internet, ada komunitas bisnis, ada sekolah bisnis dan lain-lain. Kalau dulu, ya harus bekerja keras sekeras-kerasnya. Karena dulu, orang itu lebih pakai tenaga daripada otak” begitu dia melanjutkan ceritanya.

Sayapun mendengarkan dengan seksama.

“Saya dulu itu kerja keras banting tulang dengan menjadi buruh pasar untuk mengangkat ikan asin dari truk ke pasar hampir selama 10 tahun. 10 tahun berikutnya saya mulai jualan ikan asin sendiri. Makanya jangan heran, dengan curahan tenaga selama 20 tahunan itu sekarang badan saya banyak penyakitnya. Saya terkena jantung, liver dan lain-lain. Karena memang dulunya yang saya gunakan adalah tenaga, modalnya modal dengkul..”

“Baru selama 10 tahun terakhir ini saya bisa mendirikan pabrik plastik, itupun saya masih mondar mandir ngurusin pelanggan yang rewel, yang begini, minta begitu, wah pokoknya ruwet mas..”

Dari ceritanya, si Bapak tadi sekarang memang sudah mempunyai sebuah pabrik plastik yang besar dengan jumlah karyawan lebih dari 100 orang. Modal dengkul sih kayaknya sama, jaman sekarang juga masih banyak yang seperti itu. Tapi menurut saya, gaya bisnisnya memang jaman tempoe doeloe.

Maksudnya: masak sih dengan menjadi owner pabrik plastik -apalagi sudah 10 tahun, semua hal-hal yang penting masih dikerjakan sendiri? Kalau memang seperti itu, kapan bisa menikmati hari tua?? Hal ini memang tidak saya sampaikan kepadanya, cukup buat memotivasi diri saya sendiri, bahwa saya tidak harus menjalankan bisnis seperti si Bapak tadi.

Kalau bisnis mulai mapan, saatnya kita mulai membuat sistem yang rapi untuk selanjutnya kita serahkan kepada manajemen. Perusahaan bisa jalan tanpa kehadiran kita, sementara kita bisa jalan-jalan….

Jadi pingin cepet pensiun dini nih….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *