Tips berani memulai bisnis sendiri

Entah kenapa, dalam 2 minggu terakhir ini banyak yang bertanya kepada saya baik saat mengobrol santai, melalui email atau bahkan SMS yang menanyakan bagaimana sih agar berani terjun ke dunia enterpreneur? Pertanyaan ini terutama dari teman-teman yang baru lulus kuliah dan juga teman yang sedang menjadi karyawan dan ingin berubah jalur dengan menjadi enterpreneur.

Wah, sebuah pertanyaan ringan yang susah juga untuk dijawab!

Saya susah untuk menjawabnya, karena memang menurut saya dunia enterpreneur itu tidak sebegitu menakutkannya – seperti bayangan teman2 yang bertanya kepada saya itu.

“Mau jadi enterprenur itu ada doanya” begitu wejangan dari Pak Purdi sewaktu saya mengikuti kelas EU 3 tahun silam. “Mau tau doanya?” begitu lanjutnya.

Tentu saja semua yang hadir dalam kelas tersebut manggut-manggut sambil terheran-heran ternyata ada doa universal buat yang masih takut terjun ke dunia enterpreneur.

“Inilah doanya. Ayo semua dicatat ya?” begitu himbauan sang suhu bisnis tersebut.
Semuanya pun mengeluarkan kertas catatannya dan bersiap-siap untuk menulis.

“Allohumma poksa – itulah doa agar berani menjadi enterpreneur” begitu kata Pak Purdi.
Semua yang hadir pun terheran-heran. “Poksa” sepertinya tidak ada dalam Al-Quran ? atau mungkin di kitab lain? tapi di depannya koq ada kata2 allohumma?

Di tengah-tengah kebingungan itulah, akhirnya Pak Purdi menjelaskan artinya.
Arti Poksa sendiri adalah pokoke dipekso (baca: harus dipaksa) yang tentu saja disambut gerrr oleh semua yang hadir…

Dalam suatu seminar yang pernah saya ikuti, Kafi Kurnia juga pernah mengatakan ada satu jurus milik orang Indonesia yang sungguh sangat dahsyat. Apa itu? tak lain adalah “the power of Kepepet (terpaksa)”. Mengapa hanya orang Indonesia yang punya? Karena mencari padanan kata kepepet tersebut sangat sulit sekali. Hayo, coba dicari apa kata padanan untuk kepepet dalam bahasa Inggris?

Memang, terpaksa atau harus dipaksa adalah salah satu jurus mujarab untuk berani menjadi enterpreneur. Setidaknya, 2 orang suhu besar dalam ilmu bisnis diatas sudah mengatakannya.

Contoh yang paling mudah, jika anda dikejar anjing, secara terpaksa anda bisa melompat pagar yang tingginya hampir 2 m. Betul tidak? Artinya, segala kemampuan kita akan keluar secara optimal jika kita terpaksa.

Saya sendiri, untuk menciptakan kondisi terpaksa ini, lebih suka menggunakan pendekatan bakar jembatan. Sewaktu selesai kuliah, agar saya tidak terpengaruh teman-teman yang cukup giat melamar pekerjaan disana-sini, saya memutuskan untuk tidak mengambil ijazah saya dahulu. Tips ini juga saya dapatkan dari Pak Purdi yang menceritakan ada salah seorang anak didiknya yang membakar ijazah S1-nya di depan Pak Purdi hanya agar fokus di bidang enterpreneur! (wah kalau ini sih saya belum berani..hehehe).

Dengan tidak mengambil ijazah, praktis pikiran untuk melamar pekerjaan sudah tidak ada lagi. Dan sayapun bisa benar-benar fokus di jalur enterpreneur. Saya baru mengambil ijazah di kampus setelah 3 tahun kelulusan saya, saat bisnis yang saya bangun sudah mulai memperlihatkan hasilnya…

Pokoke dipekso!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *