Bakar Jembatan

Julius Caesar adalah komandan perang yg berhasil merebut pantai Brittania karena strateginya yang cukup unik. Dalam catatan sejarah, Caesar berhasil mendaratkan pasukannya pada tengah malam yang dingin. Pasukannya sibuk merapatkan dan menyembunyikan perahu-perahu yg ditumpanginya. Mereka berpikir, setelah perang usai, mereka akan kembali ke kapal induk dengan menggunaan perahu tersebut. Namun, betapa kagetnya seluruh pasukan begitu mendengar perintah sang komandan, “Bakar semua perahu yang sudah kamu daratkan!”

Sebagai pasukan yg taat pada komandan, merekapun meski ragu-ragu akhirnya membakar semua perahu sampai hangus. Akhirnya, semua pasukan bertempur habis-habisan, karena mereka berpikir tidak akan kembali lagi. Jadi harus menang atau mau bertempur.

Perjalanan menuju sukses kerapkali diwarnai oleh kekhawatiran sehingga terkadang membuat kita cenderung untuk kembali, bahkan mundur dari pergumulan hidup yang sudah dilalui. Hal ini pula yang membuat banyak orang mengalami stagnasi pertumbuhan dalam meraih keberhasilannya hanya karena takut tidak berhasil atau takut ditolak oleh orang lain.

Seperti John C Maxwel pernah bertutur “Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman akan menuntun pada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran”. Jadi, ketakutan jika tidak disikapi dengan baik, justru akan melahirkan sejumlah kekhawatiran yang baru.

Hikmah yg dapat diambil dari cerita diatas adalah, jika memulai sesuatu (berdasar pertimbangan yg matang) adalah memadamkan semua kemungkinan untuk kembali. Beberapa ‘daya tarik’ yg mampu menarik kita untuk kembali adalah keterikatan pikiran dan nostalgia kesuksesan masa lalu dan fasilitas yg mungkin masih terkenang dengan segala kemudahannya. Daya tarik yg demikian membuat pikiran kita yg sedikit banyak akan menciutkan nyali untuk menerima tantangan yg ada di depan mata kita.

Peristiwa Caesar tersebut mengingatkan pada sebuah ilustrasi tentang seseorang yg menyeberang jembatan gantung. Begitu ia sampai seberang, ia lalu mengambil api dan membakar jembatan dengan api. Sehingga sekalipun ia nantinya bertemu dengan binatang buas atau apapun yg membahayakan, ia tidak akan kembali tetapi terus menghadapinya. Kalaupun terlalu berat, mungkin ia hanya mengubah rutenya. Mari kita “bakar jembatan” kita, yaitu segala sesuatu yg membuat kita kembali surut untuk maju. Yang penting bukan darimana kita memulai, melainkan dimana kita berakhir.

Saya sendiri, dalam semangat membakar jembatan yang akhirnya benar-benar menjerumuskan saya ke dunia enterpreneur ada 2 hal.

Pertama, setelah lulus kuliah 2004, saya sengaja tidak mengambil ijasah S1 Komputer saya. Ijasah S1 tersebut tersimpan rapi di kampus selama 3 tahun lamanya. Sekitar pertengahan 2007 saya baru mengambil ijasah tersebut, setelah bisnis saya mulai tumbuh dengan bagus dan saya yakin ijasah tersebut tidak akan saya gunakan untuk melamar pekerjaan :).

Kedua, setelah lulus kuliah pula saya alhamdulilah mendapat support dari orangtua untuk meminjamkan rumah sebagai agunan di bank untuk modal memulai usaha. Nilai angsuran per bulan waktu itu saya rasa cukup besar dan tidak mungkin bisa dibayar dengan gaji seorang fresh graduate yang harus bekerja di perusahaan orang lain. Jadi mau tidak mau saya harus mencari profit untuk minimal bisa membayar angsuran tersebut.

Tetap Semangat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *